Sukses

Dampak Pandemi Covid-19, Muncul 9,77 Juta Pengangguran Terbuka Baru

Dampak pandemi Covid-19 sejak 2020 lalu telah memberikan tekanan besar kepada sektor Ketenagakerjaan Indonesia

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Suharso Monoarfa menyatakan, dampak pandemi Covid-19 sejak 2020 lalu telah memberikan tekanan besar kepada sektor Ketenagakerjaan Indonesia.

Hal ini tercermin dari tingginya jumlah usia kerja yang terdampak wabah virus corona jenis baru itu.

"Dampak pandemi Covid-19 pada tahun 2020 tentu memberikan tekanan besar kepada sektor Ketenagakerjaan di Indonesia.Pada periode Agustus 2020 terdapat sekurang-kurangnya 29 juta penduduk usia kerja yang terdampak Covid-19," ungkapnya dalam acara Laporan Indonesia's Occupational Employment Outlook 2020 (IOEO) dan Indonesia's Occupational Tasks and Skills 2020 (IndoTaSk), Selasa (25/5).

Suharso mengungkapkan, dengan 27 juta angkatan kerja yang terdampak pandemi Covid-19 turut menyumbang peningkatan angka pengangguran hingga mencapai 7,07 persen dari 138,22 juta angkatan kerja. Angka itu setara dengan 9,77 juta usia pekerja.

"Artinya sebanyak 9,77 juta orang menganggur," terangnya.

Ironisnya, tingkat pengangguran terbuka tersebut masih di dominasi oleh lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK). Padahal, lulusan SMK tersebut merupakan calon tenaga kerja yang siap pakai.

Merespon tantangan tersebut, pemerintah berkomitmen untuk menekankan pembangunan sumber daya manusia (SDM) dilakukan secara holistik dan terintegrasi. Di antaranya melalui penyediaan sistem informasi pasar kerja yang kredibel dan berkelas.

"Karena (sistem informasi pasar kerja) salah satu prasyarat yang harus dipenuhi. Ini sebagai bagian dari upaya reformasi pendidikan dan pelatihan vokasi kita," bebernya.

 

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Survei: Angka Pengangguran Berkurang Usai Ada Program Kartu Prakerja

Survei menemukan jika terjadi penurunan angka pengangguran sebesar 16,2 persen setelah peserta mengikuti program pelatihan Kartu Prakerja.

Ini terkuak dari survei Manajemen Program pelaksana Kartu Prakerja bekerja sama dengan Cyrus Network. Survei dilakukan terhadap penerima program prakerja dari gelombang 1-11. 

“Yang belum bekerja sebelum mengikuti program Kartu Prakerja itu ada sekitar 56 persen dan setelah mengikuti pengangguran menurun menjadi 16,2 persen menjadi 39,8 persen,” kata Direktur Riset Cyrus Network Fadhli MR dalam Pemaparan hasil survei Persepsi Penerima Kartu Prakerja, Kamis (20/5/2021).

Fadhli menjelaskan dari 16,2 persen, 13 persen diantaranya mereka berubah atau bertransformasi menjadi wirausaha dan sebagian sisanya 3,2 persen menjadi karyawan atau bekerja di perusahaan.

Selain itu, sebanyak 92,6 responden menyatakan sangat setuju ilmu yang didapatkan dalam pelatihan Kartu Prakerja bisa diaplikasikan di tempat kerja atau usaha, namun ada sebagian kecil 7,1 yang mengatakan tidak setuju.

Kemudian 98,7 persen responden juga menyatakan sangat setuju mendapatkan manfaat dari pelatihan Kartu Prakerja.

Adapun survei ini menggunakan telesurvei yakni metode survei yang dilakukan secara jarak jauh menggunakan perangkat komunikasi berupa telepon seluler, maupun memanfaatkan teknologi informatika.

3 dari 3 halaman

Tujuan Survei

Data yang didapatkan dari Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja (MPPKP) hanya dipergunakan untuk Telesurvei ini dan kedua belah pihak sudah menandatangani Non-Disclosure Agreement.

Telesurvei ini bertujuan untuk mengetahui persepsi penerima Program Kartu Prakerja terhadap penyelenggaraan Program Kartu Prakerja. Telesurvei ini dilakukan pada tanggal 1-5 Mei 2021.

“Pengambilan data dilakukan secara wawancara via telepon terhadap 2.000 responden yang terpilih secara acak. Seluruh tahapan pelaksanaan Telesurvei ini dilakukan dengan netral dan profesional oleh Cyrus Network,” ujarnya.

Demikian dari populasi tersebut diambil sampel secara acak sebanyak 2.000 responden sehingga menghasilkan margin of error sebesar ± 2,24 persen pada tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.

Jumlah responden laki-laki 55 persen, perempuan 44,7 persen. Serta umur responden yang paling banyak umur 18 tahun sampai 35 tahun 70,2 persen.

Selain itu, mayoritas responden ada di Jawa Barat, Jawa Timur, DKI Jakarta, dan Jawa Tengah yang lainnya dibawah 5 persen populasi penerima Prakerja.