Sukses

TaniHub Group Pertimbangkan IPO dalam 3 Tahun ke Depan

Selain IPO, TaniHub juga mempertimbangkan adanya akuisisi atau merger perusahaan lain.

Liputan6.com, Jakarta - Startup bidang pertanian TaniHub Group mempertimbangkan melaksanakan pencatatan saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) dan akuisisi perusahaan lain.

CEO TaniHub Group Pamitra Wineka mengatakan, proses melantai di bursa tidak bisa dilakukan dalam waktu yang sebentar. Kendati, pihaknya akan menyiapkan rencana IPO tersebut sesegera mungkin.

"Sambil kita persiapkan dari jauh-jauh hari, kita belum tahun kapan pastinya. Yang pasti, dalam 3 tahun ke depan, itu waktu yang menurut saya cukup oke," ujar pria yang akrab disapa Eka tersebut dalam acara executive interview secara virtual, Senin (31/5/2021).

Menurut Eka, pemerintah juga terus mengejar startup untuk bisa IPO agar kedalaman pasar modal Indonesia lebih besar.

Kemudian selain IPO, TaniHub juga mempertimbangkan adanya akuisisi atau merger perusahaan lain.

Tiap perusahaan, katanya, memiliki modal yang kuat di masing-masing lini. Ada yang kuat di lini model business to business, ada yang di lini business to consumer, ada pula yang kuat di sisi hulu.

"TaniHub sendiri fokus di sisi hulu, yaitu dengan mengambil hasil pertanian lalu mengolahkan melalui warehouse maupun processing and packing center (PPC)," katanya.

Dengan adanya akuisisi atau merger, operasional akan lebih efisien dan peluang pertumbuhan perusahaan juga akan semakin besar.

Adapun beberapa waktu lalu, startup TaniHub ini mendapatkan pendanaan seri B senilai USD 65,5 juta atau sekitar Rp 932 miliar (asumsi kurs Rp 14.241). Eka bilang, TaniHub akan fokus membangun mini hub dan melakukan pengembangan produk serta layanan melalui penguatan teknologi pada berbagai lini bisnis.

2 dari 2 halaman

TaniHub Peroleh Pendanaan Seri B Senilai Rp 942 Miliar

Sebelumnya, TaniHub Group, startup agritech dengan pertumbuhan terbesar di Indonesia, telah merampungkan pendanaan Seri B untuk mendukung ekspansi bisnis.

Pendanaan dengan nilai USD65,5 juta (Rp942 miliar) ini dipimpin oleh MDI Ventures, dengan partisipasi dari beberapa investor baru maupun yang sebelumnya sudah berpartisipasi, yakni Add Ventures, BRI Ventures, Flourish Ventures, Intudo Ventures, Openspace Ventures,Tenaya Capital, UOB Venture Management, and Vertex Ventures.

Agar dapat menciptakan dampak sosial yang lebih luas, [TaniHub](tekno "") Group akan menggunakan pendanaan ini untuk ekspansi geografis melalui pembangunan berbagai fasilitas mini hub, dengan dukungan pemerintah lokal di seluruh Indonesia. Seiring dengan langkah tersebut, perusahaan juga akan melakukan pengembangan produk dan layanannya melalui penguatan teknologi pada berbagai lini bisnis.

Seluruh inisiatif tersebut merupakan upaya ekosistem TaniHub Group dalam menyerap produksi UMKM pertanian dan petani Indonesia yang tidak hanya ditujukan bagi konsumsi dalam negeri, melainkan juga untuk pasar internasional.

Dengan pertumbuhan bisnis sebesar 639% pada tahun 2020, TaniHub Group membuktikan kemampuannya untuk bertahan dan bertumbuh kendati menghadapi pandemi Covid-19. Kecepatan dalam penyesuaian strategi bisnis menjadi kunci dalam capaian tersebut. Berbekal pengalaman dalam menghadapi pandemi, TaniHub Group yakin bahwa pendanaan ini dapat menggenjot pertumbuhan bisnis hingga tiga kali lipat.

Tahun 2020 menjadi momen pertama TaniHub Group melangkahkan kaki keluar dari Pulau Jawa, dimulai dengan Bali. Keberhasilan selama setahun ini dan diperkuat dengan pengalaman dalam mengelola enam Warehouse dan Processing and Packing Center (PPC) semakin memantapkan langkah TaniHub Group dalam menjangkau seluruh wilayah Indonesia, sehingga dampak positif juga dapat dirasakan oleh masyarakat dan petani dari ujung barat hingga ke ujung timur negeri ini.

CEO TaniHub Group, Pamitra Wineka, mengatakan bahwa memperluas jangkauan layanan dan memperkuat rantai pasokan menjadi fokus utama dalam periode pendanaan ini.

“Sektor pertanian di Indonesia saling tidak terhubung karena banyaknya pemain kecil dengan area jangkauan pelayanan yang terbatas, sehingga ketidakefisienan dalam value chain tidak terhindarkan. Oleh karena itu kami berencana untuk memperkuat peran kami di setiap wilayah Indonesia agar semakin dekat dengan petani dan masyarakat. Sehingga pada akhirnya apa yang kami lakukan dapat mengurangi disparitas harga antara petani dan konsumen”, ucap Pamitra Wineka.