Sukses

Kuala Alam, Desa BRILian yang Ciptakan Komoditas Baru Demi Cegah Kebakaran Lahan

Potensi Desa Kuala Alam sangat banyak dan BUMDesnya aktif dengan empat unit usaha yang dijalankan.

Liputan6.com, Bengkalis Indonesia adalah negara bermusim hujan dan kemarau. Saat kedua musim ini tiba, tidak sedikit yang mengalami banjir atau bahkan kebakaran. 

Salah satu titik panas yang terdeteksi di Indonesia dengan potensi kebakaran paling tinggi adalah Riau. Ya, di daerah ini sering terjadi kebakaran lahan dan hutan karena kondisi tanah gambut yang kering.

Di Desa Kuala Alam, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau contohnya. Luas tanahnya sekitar 1000 hektar dengan lahan kosong yang berjumlah 400 hektare. Di lahan kosong inilah sering terjadi kebakaran setiap musim kemarau tiba. 

Oleh karena itu, untuk mencegah peristiwa alam serupa, masyarakat Desa Kuala Alam pun mulai mencari solusi. Pada akhir Desember 2015, BUMDes Kuala Alam mulai dibentuk dan melakukan penelitian potensi alam di sekitar desa. 

"Kami melihat potensi dari lahan tidur, lahan kosong yang dulunya lahan produktif ini kerap memunculkan peristiwa kebakaran. Jadi dari BUMDes melaksanakan penanaman nanas untuk mengurangi dampak di musim kering, agar kebakaran tidak terjadi lagi," ujar Zulkifli, salah satu pengurus BUMDes Kuala Alam saat dihubungi Tim Liputan6.com, Senin (23/3). 

Usaha penelitian dan pemilihan komoditas nanas tak berlangsung cepat. Butuh waktu sekitar empat tahun untuk mengembangkan setiap potensi atau komoditas alam apa yang tepat di lahan gambut.

"Kami dari BUMDes Kuala Alam, BUMN, dan perguruan tinggi, dan tenaga ahli bersama-sama menggali potensi dan mengkaji komoditas apa yang tepat untuk dijalankan di tanah gambut. Nanas dipilih sebagai komoditas di Desa Kuala Alam karena merupakan komoditi yang kuat meski ditanam di tanah gambut dan risiko (kegagalan) pun kecil," jelas Zulkifli lagi. 

Zulkifli juga menjelaskan, BUMDes Kuala Alam memiliki empat unit usaha yang melibatkan sekitar 200 warga desa. Keempat unit usaha itu adalah perkebunan, pengolahan, perdagangan (pemasaran), dan unit simpan pinjam. 

Dari unit usaha perkebunan dengan komoditas nanas, BUMDes mengarahkan agar dibuat produk turunannya, seperti keripik, sirup, dodol, selai, dan kerajinan tangan. Kemudian hasil produk yang diolah oleh sekitar 25 UMKM itu dipasarkan.

2 dari 2 halaman

Satu-satunya Desa di Bengkalis yang Lolos Seleksi

Desa Kuala Alam merupakan desa yang kegiatan atau pekerjaan masyarakatnya adalah mengolah hasil bumi atau bertani. Meski berkutat dengan pertanian, namun tak sedikit dari mereka yang mau maju dan berkembang, demi mencapai kondisi perekonomian yang lebih baik. 

Hal itu diakui oleh Zulkifli dan Romadhony Syafar, Petugas BRI Cabang Bengkalis saat dihubungi Tim Liputan6.com beberapa waktu lalu. Dalam kesempatan itu, Dhony, akrab disapa mengakui bahwa warga Desa Kuala Alam sedikit banyak sudah paham dengan digital. 

"Untuk masalah tentang digitalisasi, rata-rata digitalisasinya sudah mendukung, dari HPnya saja sudah mendukung. Di Kuala Alam sebenarnya tidak jauh dari kota, jadi sudah paham mereka," jelas Dhony. 

Selain masalah digitalisasi, Dhony juga melihat potensi Desa Kuala Alam dimana  BUMDesnya aktif dengan empat unit usaha yang dijalankan.

Dari potensi Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki inilah, Dhony merekomendasikan Desa Kuala Alam untuk mengikuti kompetisi Desa BRIlian.

"Saya mengajukan Desa Kuala Alam karena melihat prospek mereka yang memiliki beberapa unit kerja dan jenis usaha yang baik, termasuk masyarakat yang mau maju," ungkapnya. 

Selain hal di atas, Dhony juga melihat kelancaran arus transaksi dari nasabah simpanan dan nasabah pinjaman di desa. Jika di total, nasabah simpanan ada sekitar 130 rekening sementara nasabah pinjaman sekitar 80 orang. 

Alhasil, setelah tiga bulan melalui proses seleksi dan pelatihan atau edukasi dari BRI, Desa Kuala Alam lolos menjadi salah satu dari 10 pemenang yang menyandang status Desa BRIlian. 

Dengan adanya prestasi baru ini, Zulkifli mengaku bahwa BUMDesnya mulai dikenal luas. Tak sedikit warga dari kecamatan di Bengkalis bahkan daerah lain pun berdatangan. Bukan hanya untuk sharing atau diskusi, tapi konsumen yang tertarik dengan produk turunan komoditas pun ikut melirik. 

"Berkat program Desa BRilian dari BRI, produk kami dikenal sampai ke daerah lain. Banten dan Yogya ada yang menghubungi kami untuk supply barang. Kini kami menjadi Desa BRIlian yang akhirnya cukup membawa pasar kami lebih baik," jelas Zulkifli. 

 

(*)