Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Kamis pekan ini. Penguatan ini karena penurunan imbal hasil obligasi AS.
Mengutip Bloomberg, Kamis (3/6/2021), rupiah dibuka di angka 14.271 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.280 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.267 per dolar AS hingga 14.286 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah bergerak melemah 1,67 persen.
Advertisement
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis berpeluang menguat, seiring turunnya imbal hasil (yield) obligasi Amerika Serikat.
"Rupiah mungkin berpotensi menguat hari ini dengan terkoreksinya kembali yield obligasi AS tenor 10 tahun ke bawah 1,6 persen," kata Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra dikutip dari Antara.
Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun sekarang terlihat bergerak di bawah 1,59 persen. Menurut Ariston, yield tersebut masih bergerak konsolidatif mengikuti perubahan ekspektasi pasar terhadap perubahan kebijakan moneter di AS.
Selain itu pasar juga menantikan data penting tenaga kerja AS malam ini dan besok malam. Hasil yang bagus bisa mendorong ekspektasi perubahan kebijakan moneter AS yang lebih ketat dalam waktu dekat.
"Ini bisa mendorong kenaikan yield AS kembali dan penguatan dolar AS," ujar Ariston.
Ariston mengatakan rupiah hari ini berpotensi menguat ke arah 14.250 per dolar AS dengan potensi resisten di kisaran 14.300 per dolar AS.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
BI Akui Nilai Tukar Rupiah Masih Undervalued, Ini Prediksi Besaran di 2021
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mengakui bahwa nilai tukar rupiah masih undervalued terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Namun tetap ada berbagai pontensi untuk menguatkan rupiah.
"Apakah nilai tukar kita masih undervalued secara fundamental? iya karena inflasi kita rendah, defisit transaksi berjalan rendah, dan juga ekonomi kita yang membaik," jelas Gubernur BI Perry Warjiyo, dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta, Rabu (2/6/2021).
Kendati demikian, ada potensi-potensi nilai tukar menguat. Namun juga ada ketidakpastian dan risiko tekanan nilai tukar dari sisi global, termasuk kenaikan US treasury yield.
"Kami akan terus melakukan stabilitas nilai tukar rupiah, dan ini juga didukung oleh cadangan defisa kami yang akhir bulan lalu adalah USD 138,8 miliar," tutur Perry.
Secara keseluruhan, BI memproyeksikan nilai tukar rupiah pada tahun ini berada di level Rp 14.200 - Rp 14.600. Kemudian diprediksi akan terus menguat pada tahun depan.
"Untuk nilai tukar di 2022, kami prediksi dikisaran Rp 14.100 sampai dengan Rp 14.500. Masih menguat dari 2021 karena ketidapastian global itu penguatannya memang tidak seperti mengarah betul kepada fundamental," ungkap Perry.
Advertisement