Liputan6.com, Jakarta Seiring perkembangan zaman dan teknologi, kehadiran bank digital tidak bisa dielakkan. Meski begitu, kelahiran bank jenis baru ini tidak serta merta meniadakan layanan bank konvensional. Menurut Direktur Utama BRI Sunarso, layanan digital dan konvensional harus berjalan beriringan demi manfaat besar bagi masyarakat.
Sunarso menjelaskan kehadiran bank digital telah membawa semangat baru agar lembaga keuangan bisa melayani masyarakat banyak dengan biaya dan cara semurah dan seefektif mungkin. Namun, kehadiran bank konvensional juga masih dibutuhkan karena proses perubahan cara pelayanan terhadap masyarakat tak bisa berubah drastis dalam waktu singkat.
Baca Juga
“Perbankan konvensional itu ingin sekali melayani masyarakat sebanyak mungkin dengan biaya semurah mungkin. Namun faktanya, layanan konvensional menghadapi dua tantangan. Pertama adalah operational cost-nya itu tinggi, kedua operational risk-nya juga tinggi. Sekarang hal itu akan diatasi dengan bank digital,” ujar Sunarso.
Advertisement
Di masa mendatang, layanan konvensional perbankan akan banyak digantikan oleh sistem digital. Akan tetapi, waktu yang dibutuhkan agar sistem bank digital beroperasi maksimal diperkirakan masih sekitar 5-10 tahun lagi. Fakta itu membuat kehadiran bank konvensional seperti BRI masih dibutuhkan untuk melayani kebutuhan masyarakat.
Regulasi Bank Digital
Dalam perjalanannya, proses transformasi digital layanan perbankan juga turut berlangsung dan menunggu adanya aturan dari regulator untuk pengamanan operasional dan konsumen bank digital.
“Kalau begitu apa yang perlu diatur? Menurut saya satu adalah pengamanan operasionalnya bagi bank maupun nasabah. Dua, dengan digital seperti ini jangkauannya akan jadi lebih luas, bahkan mungkin borderless, sementara masing-masing negara kan punya kebijakan tentang tax. Kemudian kalau penduduk antar negara itu bisa ber-banking secara online seperti ini bagaimana perpajakannya? Itu juga salah satu hal yang perlu diatur,” ujarnya.
Advertisement
BRI Beri Layanan Secara Hybrid
Saat ini BRI sebagai lembaga keuangan dengan jangkauan terluas di Indonesia telah memulai langkah pelayanan secara hybrid untuk masyarakat. Salah satu contohnya, layanan secara daring bisa didapatkan masyarakat dan nasabah melalui aplikasi BRImo. Melalui platform tersebut, pengajuan kredit dan pembukaan rekening baru di BRI bisa dilakukan hanya dalam hitungan menit.
“Konversi BRI menjadi bank digital secara mendadak memiliki resiko yang besar. Untuk itu, BRI memilih tetap menjalankan fungsinya sebagai bank konvensional, namun proses bisnisnya didigitalkan. Sedangkan untuk layanan bank digital, tidak di BRI-nya langsung, namun melalui BRI Agro,” tuturnya.
"Perusahaan anak BRI ini memiliki ukuran yang tidak terlalu besar, dan cukup agile untuk jadikan digital attacker – digital bank," tambahnya.
(*)