Sukses

Perjuangan Garuda Indonesia Keluar dari Lilitan Utang yang Bertambah Rp 1 Triliun per Bulan

Manajemen Garuda Indonesia menawarkan opsi pensiun dini kepada karyawan sebagai salah satu upaya bertahan.

Liputan6.com, Jakarta Kondisi keuangan Garuda Indonesia saat ini semakin tertekan di tengah pandemi Covid-19. Utang perusahaan menumpuk mencapai Rp 70 triliun, bahkan diperkirakan terus bertambah Rp 1 triliun setiap bulan.

Kementerian BUMN bersama manajemen Garuda Indonesia pun tengah bekerja untuk menyelamatkan perseroan.

Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk Irfan Setiaputra, sejauh ini belum banyak buka suara mengomentari berbagai laporan yang ada. Beberapa hari lalu bahkan beredar dokumen yang berisi empat opsi penyelamatan Garuda Indonesia. Opsi itu juga melihat dari hasil benchmarking dengan apa yang telah dilakukan oleh pemerintah negara lain.

Salah satu opsi tersebut adalah pemerintah akan terus mendukung Garuda Indonesia melalui pemberian pinjaman dan suntikan ekuitas. Hal ini contohnya dari Singapore Airlines, Cathay Pacific, dan Air China.

Meski demikian opsi ini memiliki catatan antara lain berpotensi meninggalkan Garuda Indonesia dengan utang warisan yang besar, sehingga akan membuat situasi yang menantang di masa depan.

Namun sejauh ini yang sudah dilakukan oleh Garuda Indonesia untuk mendorong pemulihan perusahaan adalah pensiun dini dan penangguhan gaji komisaris.

Manajemen Garuda Indonesia menawarkan opsi pensiun dini kepada karyawan sebagai salah satu upaya bertahan. Penawaran pensiun dini akan berlangsung hingga 19 Juni 2021, diikuti dengan rencana perseroan memangkas jumlah pesawat yang beroperasi.

Irfan Setiaputra mengatakan jika opsi ini tidak dipilih, maka gaji karyawan yang sempat ditunda tidak akan dibayarkan dulu.

"Memang betul kami menawarkan pensiun dipercepat bagi karyawan Garuda Indonesia. Tahun 2020 karyawan Garuda Indonesia saja 7.890 orang dan tahun lalu kita sudah melakukan program pensiun dini ini, plus percepatan kontrak dari pegawai-pegawai kita," ungkapnya.

Melihat situasi memprihatinkan tersebut, Dewan Komisaris Garuda Indonesia lantas mengambil sikap untuk meminta penangguhan gaji, dan pemberhentian pembayaran honorarium bulanan.

Hal itu tertuang dalam surat yang beredar dengan Nomor GARUDA/ANGGOTA-DEKOM-/2021 tertanggal 2 Juni 2021 yang diterbitkan oleh Anggota Dewan Komisaris Garuda Indonesia, Peter Gontha.

Dalam surat permohonan tersebut, Peter juga menjelaskan Dewan Komisaris sangat mengetahui penyebab kejadian kritis yang dialami Garuda Indonesia. Setidaknya ada 7 poin penting yang disampaikan Peter melalui surat tersebut. Salah satunya tidak adanya penghematan biaya operasional.

Menyambut surat tembusan yang dikeluarkan Peter Gontha, Menteri BUMN Erick Thohir lantas mengusulkan agar dilakukan pemangkasan dengan hanya menyisakan dua dewan komisaris saja untuk perseroan.

"Sangat bagus. Kita harus puji (Surat Tembusan dari Peter Gontha). Bahkan saya ingin mengusulkan, komisaris Garuda Indonesia hanya dua saja," kata Erick Thohir.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Sumber Masalah

Erick Thohir dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI pada Kamis 3 Juni 2021, mengungkapkan masalah terbesar yang dihadapi Garuda Indonesia saat ini. Hal ini berkaitan dengan penyewaan pesawat (lessor).

"Garis besar seperti ini, sejak awal kami di kementerian meyakini bahwa memang salah satu masalah terbesar di Garuda Indonesia mengenai lessor. Di situ ada 36 lessor memang harus kami petakan ulang, mana lessor yang masuk kategori dan bekerja sama di kasus yang sudah dibuktikan koruptif," tutur Erick.

Kendati demikian, ia menegaskan bahwa ada lessor yang tidak terkait dengan kasus tersebut. Namun harganya dinilai terlalu mahal karena kondisi pandemi.

Selain itu, Erick mengatakan Garuda Indonesia ke depan harus mengubah model bisnis dengan menyesuaikan demand yang ada di pasar. Berdasarkan data, dari total perjalanan yang ada sebanyak 78 persen adalah domestik dan hanya 22 persen perjalanan ke luar negeri.

Mengingat Indonesia sebagai negara kepulauan, Erick pun menilai Garuda Indonesia semestinya lebih baik fokus di pasar domestik. Sementara untuk perjalanan ke luar negeri disarankan menggunakan sistem cost sharing.

Kementerian BUMN pun telah berbicara dengan Menteri Perhubungan dan memberikan dukungan jika nanti tidak semua bandara terbuka untuk maskapai asing. Terlebih lagi di tengah pandemi Covid-19, sehingga ini merupakan kesempatan bagi maskapai domestik untuk memperbaiki kinerjanya termasuk Garuda Indonesia.

Lebih lanjut, kendati manajemen Garuda Indonesia memutuskan melakukan pensiun dini, tapi Erick Thohir memutuskan mempertahankan 1.300 pilot dan awak kabin serta 2.300 pegawai.

Ia menjelaskan, pandemi Covid-19 telah memukul industri penerbangan di seluruh dunia, bahkan ada maskapai asing yang lebih parah ketimbang Garuda Indonesia.

Menurutnya, pemerintah saat ini perlu mencari cara agar perusahaan pelat merah itu bisa bertahan menghadapi tekanan kondisi keuangan yang minus.

Erick Thohir mengatakan, Garuda Indonesia akan berfokus kepada bisnis penerbangan domestik dalam negeri dengan melayani perjalanan masyarakat antarpulau di Tanah Air.

Aksi yang dilakukan pemerintah ini merupakan upaya untuk menyelamatkan Garuda Indonesia dari masalah finansial akibat utang dan kerugian yang dialami perseroan.

 

3 dari 3 halaman

Fokus Pulihkan Kinerja

Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Irfan Setiaputra, mengatakan bahwa belum bisa banyak mengomentari berbagai pertanyaan mengenai kondisi perusahaan. Saat ini, perseroan tengah fokus memulihkan kinerja.

"Saat ini, kami jajaran manajemen Garuda Indonesia berkeinginan untuk fokus dan memaksimalkan upaya dalam upaya pemulihan kinerja serta berbagai program strategis yang tengah dijalankan perusahaan," jelas Irfan dalam keterangannya pada Kamis (3/6/2021).

Ia menyadari, saat ini banyak pendapat yang dikemukakan oleh berbagai pihak mengenai kondisi Garuda Indonesia. Menurutnya itu adalah sebuah keniscayaan di era keterbukaan informasi seperti saat ini.

Sedari awal, katanya, jajaran manajemen Garuda Indonesia berkomitmen penuh untuk selalu memprioritaskan transparansi kepada seluruh pemangku kepentingan, termasuk media sebagai mitra strategis perusahaan.

"Namun saya juga meminta pemakluman bilamana saya belum dapat menyampaikan tanggapan lebih lanjut atas opini yang mengemuka saat ini, untuk juga tidak menciptakan polemik-polemik baru," jelasnya.