Sukses

Menko Luhut: 2/3 Pasokan Obat di Dunia Diproduksi oleh China

Luhut mengaku telah bernegosiasi dengan Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok (RRT) agar Indonesia juga bisa menjadi produsen obat-obatan.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, China merupakan negara produsen obat-obatan terbesar di dunia. Hampir 2/3 obat di dunia diproduksi di negara tirai bambu itu.

"Kita kadang marah-marah sama China tapi saya pikir mereka luar biasa, dua per tiga obat dunia di produksi di China," ungkap Luhut dalam Webinar Optimalkan Angkutan Barang dengan Tol Laut, Jakarta, Kamis (10/6/2021).

Melihat kelebihan itu, Luhut mengaku telah bernegosiasi dengan Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok (RRT) agar Indonesia juga bisa menjadi produsen obat-obatan. "Makanya kami kemarin buat negosiasi agar China produksi obat di Indonesia juga," kata dia.

Dia berharap hal ini tidak menjadi masalah di tanah air. Sebab dia menilai ada peluang yang bisa dimanfaatkan dalam kerja sama ini.

"Makanya kita manfaatkan kesempatan ini buat negara yang kita cintai," kata dia.

Luhut tak ingin, masyarakat sibuk meributkan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu. Alasannya, hal itu bisa membuat Indonesia jalan di tempat dan tertinggal dari negara lain.

"Karena kita asik ribut dan mempertanyakan hal-hal lain jadi kita ini jalan di tempat sedangkan negara lain sudah berjalan di cepat," kata dia.

Dia meminta semua pihak bisa bekerja sama dengan baik. Menghapus segala perbedaan yang ada agar bisa menghasilkan berbagai macam inovasi untuk kemajuan Indonesia.

"Saya titip kalau bekerja dengan hati, sungguh-sungguh, sehingga bisa melahirkan inovasi buat Indonesia lebih bagus. Buang pikiran perbedaan, itu nanti di kamar aja, kalau di lapangan ini harus kompak buat NKRI," kata dia mengakhiri.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Menko Luhut Bakal Bangun Pusat Riset Tanaman Herbal di Danau Toba

Sebelumnya, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi terus mendorong produksi obat-obatan dalam negeri, utamanya yang berbahan dasar alami atau herbal. Diharapkan, dengan bahan baku yang berasal dari dalam negeri, maka harga produk yang dihasilkan bisa lebih kompetitif.

Untuk itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan akan membangun pusat riset tanaman herbal di kawasan Danau Toba, Sumatera Utara.

"Dari Pak Luhut, inisiatif pribadi beliau, beliau akan buat sekitar 500 hektare di Toba untuk kebun herbal," kata Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Maritim dan Investasi Septian Hario Seto dalam webinar Dialog Nasional - Urgensi Ketahanan Sektor Kesehatan, Senin (21/12/2020).

Sehubungan dengan rencana tersebut, Seto mengatakan, Menko Luhut telah berkomunikasi dengan dua universitas asal China yang terkenal akan riset tanaman herbal, yakni Zhejiang Chinese Medical University dan Yunnan University.

Selain itu, Seto menambahkan bahwa nantinya rencana ini akan melibatkan sejumlah produsen obat herbal yang sudah ada di Indonesia. Seperti Dexa-Medica atau perusahaan lainnya untuk ikut melakukan kerja sama riset.

“Nanti akan mengundang produsen-produsen herbal yang sudah ada, seperti Dexa-Medica karena kami sudah komunikasi dengan dua universitas di Tiongkok yang sangat terkenal untuk penelitian riset herbalnya," kata Seto.

Adapun Zhejiang University, disebutkan Seto telah mengembangkan sistem kecerdasan buatan (Artificial Intelligent/AI). Dimana dengan mengetahui kandungan tanaman herbal dan mengkombinasikannya dengan herbal lainnya, sistem tersebut akan bisa mengetahui manfaat herbal tersebut untuk pengobatan penyakit tertentu.

"Jadi sudah sangat advance di sana risetnya. Ini yang Pak Menko (Luhut) dorong. Beliau harap ini segera terealisasi karena saya pikir kita tidak kalah potensi herbalnya dibandingkan dengan Tiongkok," pungkas dia.