Sukses

Energi Terbarukan Indonesia Capai 442 GW, Bagaimana Pengembangannya?

Dekarbonisasi Sektor Energi Perlu Dukungan PublikJakarta, 12 Juni 2021 –

Liputan6.com, Jakarta - Dukungan penuh dari publik menjadi kunci Indonesia netralkarbon pada 2060. Dukungan publik penting untuk mengatasi berbagai potensi dampak negatif dari transisi energi fosil ke energi terbarukan yang nirkarbon. Juga agar proses transisi dapat berjalan berkeadilan.

Pemerintah telah menargetkan Indonesia netral karbon pada 2060. Sebagai upaya dekarbonisasi di sektor energi pada 2060, pemerintah berencana menghentikan proyekbaru Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan bakar batu bara mulai 2025.

Pemerintah berencana mengganti secara bertahap semua pembangkit berbasis energifosil menjadi energi terbarukan.

Menurut Ketua Yayasan Perspektif Baru Hayat Mansur, upaya pemerintah dan PTPLN melakukan dekarbonisasi di sektor energi memiliki tiga manfaat besar, yaitu menjaga kelestarian lingkungan terutama mitigasi perubahan iklim, ketahanan energi, dan manfaat ekonomi seperti membuka lapangan kerja.

“Namun pemerintah tidak dapat melakukan upaya tersebut sendiri. Perlu dukungankuat dari publik, yang terdiri dari swasta, akademisi, LSM, dan masyarakat,” kata Hayat Mansur.

Ini karena upaya dekarbonisasi berarti menghentikan investasi danindustri energi kotor seperti tambang batu bara, sumur minyak, dan gas bumi, yang selama ini mendukung ekonomi nasional dan beberapa daerah.

Jadi perlu ada penyebaran informasi, dialog sosial, dan edukasi publik mengenaiupaya dekarbonisasi sektor energi agar publik mendukung penuh transisi ke energi terbarukan yang lebih bersih karena nirkarbon.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Ketersediaan Energi Bersih

Dari sisi ketersediaan energi bersih, Indonesia termasuk negara paling kaya sumber energi terbarukan dengan memiliki potensi energi terbarukan besar mencapai 442,4GW.

Salah satu yang terbesar adalah dari energi air mencapai 75 GW (75.000 MW).Pemanfaatan air sebagai energi listrik di Indonesia juga bisa mencapai kapasitas besardan mampu mengurangi emisi karbon sangat signifikan.

Misalnya, PLTA BatangToru berkapasitas 510 MW di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara diatur untukberkontribusi pada pengurangan emisi karbon sekitar 1,6 juta ton per tahun atau setaradengan kemampuan 12 juta pohon menyerap karbon.

Pemanfaatan energi terbarukan seperti PLTA sangat penting untuk upaya mitigasiperubahan iklim yang kini makin menjadi kenyataan, seperti peningkatan curah hujan, banjir, dan kekeringan berkepanjangan. Pada akhirnya, perubahan iklim dapat mengakibatkan kemusnahan semua spesies dan kehidupan di muka bumi.

Berdasarkan Persetujuan Paris pada 2015, semua negara harus menurunkan emisi karbonnya termasuk di sektor energi untuk menjaga menjaga ambang batas suhu bumidi bawah dua derajat Celcius dan berupaya menekan hingga 1.5 derajat Celcius di atas suhu bumi pada masa pra-industri.