Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin mengakui, salah satu tugas paling berat sebagai pembantu Presiden Joko Widodo (Jokowi) adalah melakukan transformasi di sektor kesehatan. Trasnformasi kesehatan sendiri menjadi salah satu dari tiga permintaan khusus Jokowi saat dirinya dilantik Desember 2020 lalu.
"Waktu saya diangkat di Desember oleh Bapak Presiden (Jokowi), saya dikasih tugas 3, yang pertama melaksanakan vaksinasi, kedua mengatasi pandemi dan ketiga yang paling berat adalah melaksanakan transformasi kesehatan," ujarnya dalam Webinar Seri II : Kebijakan Pemerintah, Peluang, Tantangan, dan Kepemimpinan di Masa dan Pasca Pandemi Covid-19, Selasa (15/6).
Baca Juga
Dia memahami, banyak tantangan yang dihadapi di sektor kesehatan yang menjadi landasan saat pemerintah melakukan transformasi besar. Apalagi hampir di seluruh dunia pertumbuhan biaya kesehatan per kapitanya lebih tinggi dari pendapatan per kapita seseorang.
Advertisement
"Ini sama sepeti keluarga kita istri minta tambahan belanja 15 persen setahun naiknya tapi suaminya 10 persen per tahun. Jadi besar pasak daripada tiang. Sehingga hampir di seluruh negara isu mengenai suatainability dari sistem kesehatan itu menjadi bahan pertanyaan," jelasnya,
Persoalan lainnya, sektor kesehatan sendiri produktivitasnya sulit diukur dan bahkan tidak bisa setransparan seperti industri lainnya. Sebagai contoh indsutri konstruksi, ketika bangun rumah sudah ada hitung-hitungan harga per meter persegi berapa, bangunan dua tingkat berapa
"Itu sesuai yag sudah sangat kita pukul sehingga kita bener bener tau biaya yang kita keluarkan itu," pungkasnya.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Menkes Budi Kaget Belanja Industri Kesehatan Lebih Besar dari Anggaran Kemenkes
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengaku terkejut atas nilai jumbo spending atau pengeluaran untuk industri kesehatan yang mencapai Rp490 triliun dalam setahun. Menurutnya, itu lebih besar dari anggaran Kementerian Kesehatan yang hanya sebesar Rp85 triliun per tahun.
"Kita mencoba melihat kemudian cart health account, national health account kita, Saya terkejut walaupun anggaran saya lumayan besar ada Rp85 triliun. Ternyata spending di industri kesehatan setahunnya itu Rp490 triliun," ucapnya dalam Konferensi Pers Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri di Bidang Alat Kesehatan, Selasa (15/6).
Budi merinci, dari total nilai pengeluaran jumbo itu, Rp 234 triliun berasal dari sektor swasta. Sedangkan nilai yang disumbangkan pemerintah mencapai Rp255 triliun.
"Kita bisa lihat juga pecahannya national health account ini. Swasta hanya sekitar Rp234 triliun dan pemerintahannya sebesar Rp255 triliun," jelasnya.
Adapun alokasi anggaran tertinggi pemerintah itu digunakan untuk pembiayaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS). Lalu, untuk pembiayaan di Pemerintah Daerah.
"Sedangkan yang swasta besarnya di mana? Itu dari rumah tangga. Karena masih banyak orang-orang kita yang membeli obatnya tidak melalui mekanisme asuransi nasional, tapi langsung ke toko-toko obat atau alat-alat obat lainnya," ungkapnya.
Maka dari itu, Budi memproyeksikan sejatinya pengeluaran di industri kesehatan per tahun lebih dari Rp490 triliun. Menyusul tingginya kebutuhan masyarakat akan pelayanan jasa kesehatan di tengah pandemi Covid-19.
"Kita coba melihat bahwa obat dan Alkes minimal Rp24 triliun, kalau kita lihat spending rumah sakit yang Rp272 triliun, itu sebagian besar juga obat-obatan dan alat kesehatan. Spendingnya Puskesmas, Klinik, Fasilitas Kesehatan Primer itu juga sebagian ada obat dan alat kesehatan," tukasnya.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Advertisement