Liputan6.com, Jakarta - PT PLN (Persero) pada 2030 akan mulai memensiunkan pembangkit-pembangkit tua yang subcritical. Dalam jangka pendek, pembangkit yang masih berbasis BBM impor dengan biaya yang sangat mahal, akan diganti dengan pembangkit-pembangkit berbasis renewable, dan baseload.
"Kita mengubah BBM yang mahal, impor, dan menimbulkan polusi, untuk secara penuh bergeser pada energi murah, berbasis kekuatan domestik, dan lebih ramah lingkungan," jelas Direktur Utama PLN, Zulkifli Zaini, dalam keterangan tertulis, Kamis (17/6/2021).
Baca Juga
PLN berkomitmen untuk menurunkan emisi karbon bukan hanya didasari kebijakan atau perjanjian internasional. hal itu agar generasi yang akan datang bisa menikmati masa depan yang lebih baik dari generasi sekarang.
Advertisement
Zulkifli menjelaskan, langkah menuju energi bersih dengan menggunakan energi baru terbaru. Menurutnya, pengembangan EBT menjadi prioritas penting sehingga peningkatan bauran EBT dalam penyediaan listrik nasional ditetapkan sebesar 23 persen pada tahun 2025.
Dirinya juga menambahkan bahwa pembangkit-pembangkit EBT diproyeksikan akan terakumulasi mencapai 10 Giga Watt (GW) pada tahun 2025 dan meningkat lagi hingga 15 GW pada tahun 2029.
“Akan ada penambahan kapasitas (listrik) di tahun 2060 sebesar 1500 Tera Watt hour (TWh), yang artinya lima kali lipat dari kapasitas listrik di tahun ini. PLN punya komitmen penuh bahwa penambahan kapasitas itu akan berbasis pada renewable energy,” jelas Zulkifli.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Jadi Pemikul Beban
Zulkifli juga optimistis, ke depannya EBT bukan hanya sebatas energi yang intermiten, melainkan sebagai pemikul beban dasar (baseload) yang akan bersaing dengan fossil fuel.
Saat itulah development and application renewabele energy akan menjadi kekuatan PLN untuk menjamin seluruh pelosok negeri menyala dengan listrik yang ramah lingkungan.
"Ke depan, the development and application of renewable energy ini bukan hanya semata-mata karena kebijakan pemerintah, bukan hanya karena international agreement tetapi karena Renewable Energy secara sistem, secara komersial, secara keekonomian memang superior, memang mampu bersaing dengan fossil fuel,” tambah Zulkifli.
Advertisement