Liputan6.com, Bogor- Udara sejuk terasa saat tiba di Hutan Organik di kawasan Mega Mendung, Bogor, Jawa Barat pada Sabtu 20 Juni 2021. Pohon setinggi beberapa meter sudah mulai rimbun menaungi kawasan ini.
Siapa sangka beberapa tahun silam, lokasi ini adalah kawasan gundul yang hanya ditanami sayur-mayur. Seperti dituturkan Pengelola Hutan Organik Mega Mendung Yuhan Subrata.
Dia memaparkan gambaran kondisi hutan organik dari sebelum hingga sesudah ditanami ribuan pohon melalui beberapa slide foto.
Advertisement
Setelah upaya keras bersama keluarga dan warga setempat, kawasan ini pun menjadi hutan alami. Tidak hanya memberikan penghijauan tetapi juga jadi sumber ekonomi warga setempat.
PT Bank Negara Indonesia Tbk atau BNI ikut ambil bagian membangun kembali hutan organik di Kawasan Mega Mendung ini.
Lahan ini saksi bahwa upaya serius mengubah lahan kritis yang nyaris tanpa harapan menjadi hutan rimbun yang menghidupi mayarakat disekitarnya, merupakan sebuah keniscayaan. Kini, lahan seluas 22 hektar ini semakin menghijau.
Pengelolaan Hutan Organik di kawasan Megamendung ini merupakan salah satu dari sekian bentuk upaya keterlibatan BNI sebagai Bank pelopor Green Banking dalam mengelola dan menjaga kelestarian alam serta keberlangsungan lingkungan.
Corporate Secretary BNI Mucharom mengungkapkan, mengingat besarnya manfaat penghijauan maka BNI menghibahkan sejumlah dana yang diperuntukan bagi pembiayaan sarana prasarana air, geo tagging, penanaman, dan pemeliharaan pertanian organik.
Diketahui, penanaman pohon dengan konsep geo tagging memungkinkan posisi pohon yang ditanam dapat diketahui lokasinya. Dengan demikian, BNI dapat mengetahui perkembangan proses penanaman pohon yang telah dilakukan.
Dikatakan Mucharom, pertanian organik bisa menjadi ujung tombak dalam rehabilitasi lahan kritis dan ekosistem. Karena itu BNI sangat mendukung upaya kelompok pengelola Hutan Organik dalam upaya rehabilitasi lahan kritis dan pengembangan pertanian organik.
"Kami berharap kegiatan ini dapat membangkitkan animo masyarakat luas untuk ikut serta melestarikan hutan dan ekosistem yang ada. BNI selaku pelopor Gerakan Green Banking telah melakukan berbagai kegiatan CSR yang salah satunya fokus pada pelestarian lingkungan pada berbagai tempat di tanah air. Memasuki usia 75 tahun pada Juli tahun ini, BNI semakin menyadari bahwa keberlangsungan usaha tidak akan terlepas dari kelestarian alam,” ujarnya.
Kerjasama antara Pengelola Kelompok Hutan Organik ini dimulai pada 2019 dan 2020. BNI melalui program CSR-nya terlibat langsung dalam pengelolaan hutan dengan kelompok Hutan Organik di kawasan dengan memasok kebutuhan kebun bibit (nursery) dan pengembangan sarana dan prasarana Kelompok Hutan Organik.
Menariknya, konsep Hutan Organik ini selain sebagai upaya pelestarian lingkungan juga dapat mendorong pergerakan ekonomi masyarakat sekitar.
Pasalnya, di sana tidak hanya ditanami pepohonan rindang untuk penghijauan tetapi juga buah-buahan yang memiliki nilai ekonomi tinggi, seperti Durian, Alpukat, Mangga, Rambutan, Cengkeh dan Pala.
Di mana, masyarakat bisa merasakan langsung hasil panen buah-buahan tersebut bagi pemenuhan kebutuhan hidup keluarga.
Yuhan Subrata menuturkan, Hutan Organik awalnya bernama Kelompok Tani Megamendung yang sejak tahun 2001 telah berupaya melakukan rehabilitasi ekosistem dan lahan kritis di kawasan hutan Megamendung.
Aksi BNI dengan program CSR di Kawasan hutan Megamendung tersebut sejalan dengan keprihatinan para pemrakarsa Hutan Organik pada kerusakan lingkungan yang telah terjadi sejak lama.
BNI bersama pencinta lingkungan juga secara aktif melakukan kampanye dan mensosialisasikan pelestarian lingkungan hidup melalui berbagai kegiatan.
Selain melakukan rehabilitasi lahan kritis dengan penanaman pohon 10 ribu pohon, BNI juga telah memberikan bantuan dalam bentuk pembangunan sarana dan prasarana serta penamanan dan pemeliharaan pohon.
“Kami sangat berterima kasih atas keterlibatan BNI dalam upaya rehabilitasi lahan kritis di Kawasan Megamendung, juga atas bantuan pembiayaan untuk pertanian organik,” ujar Yuhan.
Menurut Yuhan, secara umum aksi BNI memberikan banyak manfaat bagi lingkungan. Setidaknya ada tiga manfaat utama penghijauan bagi lingkungan dan manusia.
Pertama, untuk mencegah erosi tanah. Erosi tanah adalah masalah yang umum terjadi di tanah tandus. Tanah yang tandus akan mengalami angin kencang yang membawa partikel-partikel besar dari tanah sehingga menyebabkan erosi tanah dan juga berdampak negatif pada kualitas udara.
Dengan penghijauan, pepohonan akan bertindak sebagai penghalang angin sehingga melemahkan kecepatan angin dan mengurangi dampak dan kemampuannya untuk membawa partikel yang besar dari tanah. Akar-akar pohon yang tertanam di dalam tanah juga berguna menahan tanah untuk memastikan bahwa tanah tidak terseret air selama banjir.
Daun dan ranting pohon juga membantu untuk mengurangi dampak tetesan air hujan di tanah sehingga dapat mencegah erosi. Dengan pohon-pohon yang ditanam, akan menahan tanah sehingga tidak mudah longsor, terutama di daerah berbukit dan pegunungan. Kedua, membuat kualitas udara menjadi lebih baik.
Pohon memainkan peran penting dalam memurnikan udara. Orang-orang yang tinggal di daerah dengan banyak pohon memiliki risiko lebih kecil menderita kondisi yang berhubungan dengan udara. Ini karena pohon dapat memurnikan karbon dioksida dan memberikan oksigen melalui fotosintesis.
Seperti kita tahu, banyak aktivitas manusia telah menghasilkan karbon dioksida dalam jumlah besar, seperti ketika mereka mengemudi, membakar fosil, dan kegiatan industri. Pohon tidak hanya memurnikan karbon dioksida, tetapi juga berguna untuk memurnikan emisi rumah kaca. Pohon dapat menjebak partikel tanah di udara sehingga menghasilkan kualitas udara yang lebih baik.
"Untuk setiap pohon yang ditanam dalam kerjasama dengan BNI ini akan menyerap dampak buruk karbondioksida. Dari 10 ribu pohon yang ditanam selama 2019, kami perhitungkan penyerapan karbondioksidanya mencapai 45,9 ton. Begitu juga dengan 10 ribu pohon lainnya yang ditanam pada tahun 2020. Ini akan terus lestari dengan adanya pembibitan di lokasi penanaman," ujar Yuhan.
Ketiga, penghijauan berguna untuk mencegah terjadinya banjir. Pepohonan yang ditanam mempunyai akar yang berfungsi sebagai penyerap air dan menyimpannya di dalam tanah. Oleh karena itu, air yang terserap akan terkunci di dalam tanah. Dengan terkuncinya air ke dalam tanah akan mengecilkan resiko terjadinya banjir. Air hujan yang volume-nya banyak tidak akan meluap sehingga banjir dapat dicegah.
Tanam 7.500 Pohon
Dalam rangka merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-75, BNI terus mendekat dengan alam. Kali ini, perseroan mengajak para pegawainya atau BNI Hi-Movers menanam 7.500 pohon sebagai bagian dari aksi Change Movement dalam program inisiatif One Tree One Employee.
Setiap pegawai BNI akan menanam pohon di rumahnya masing-masing, bibit pohon disediakan di kantor pusat atau wilayah. Setiap penukaran bibitnya harus disertakan dengan 10 sampah plastik yang nantinya akan di daur ulang oleh Recycling Centre agar dapat menjadi barang yang bermanfaat dan bernilai ekonomi.
Selain itu, pegawai juga dapat berinisiatif untuk membeli sendiri tanaman yang ingin tanam. Mucharom menyebut, pelaksanaan kegiatan ini sengaja dibuat semudah mungkin sekaligus menyenangkan. Karena masih dalam kondisi pandemi Covid-19, penanaman pohon dapat dilakukan di rumah, sehingga tetap terjaga penegakan protokol kesehatan.
“Setiap pohon memiliki nomor, sehingga jumlah pohon yang ditanam benar – benar bisa diketahui. Change Movement ini diharapkan dapat menginspirasi masyarakat untuk mendukung gerakan pengurangan emisi karbon,” pungkasnya.
Advertisement