Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan di awal pekan ini. Pelaku pasar masih mencermati proyeksi kebijakan Bank Sentral AS atau the Fed.
Mengutip Bloomberg, Senin (21/6/2021), rupiah dibuka di angka 14.390 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.375 per dolar AS. Menjelang siang, rupiah terus melemah ke 14.430 per dolar AS.
Baca Juga
Sejak lagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.390 per dolar AS hingga 14.430 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 2,70 persen.
Advertisement
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan melemah seiring pelaku pasar yang masih mencermati proyeksi kenaikan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve.
"Investor masih mencermati kenaikan ekspektasi inflasi The Federal Reserve serta proyeksi kenaikan suku bunga yang lebih cepat dari perkiraan," tulis Tim Riset Mega Capital Sekuritas dikutip dari Antara.
The Fed pada pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pekan lalu menyatakan suku bunga akan naik dua kali pada 2023 yang kemudian memunculkan kekhawatiran akan tapering (pengurangan pembelian obligasi oleh The Fed).
Presiden Federal Reserve Bank St. Louis James Bullard juga mengatakan bahwa bank sentral AS telah memulai diskusi mengenai pengurangan dari program pembelian obligasi selama masa pandemi.
Bullard juga mengatakan bahwa perubahan sikap The Fed adalah tanggapan alami dari pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi yang lebih cepat dari ekspektasi.
Indeks dolar yang mengukur kekuatan dolar terhadap mata uang utama lainnya saat ini berada di level 92,26, naik dibandingkan posisi penutupan sebelumnya yaitu di posisi 92,225.
Sedangkan imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun saat ini berada di level 1,404 persen, turun dibandingkan posisi penutupan sebelumnya 1,45 persen.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
BI Akui Nilai Tukar Rupiah Masih Undervalued, Ini Prediksi Besaran di 2021
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mengakui bahwa nilai tukar rupiah masih undervalued terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Namun tetap ada berbagai pontensi untuk menguatkan rupiah.
"Apakah nilai tukar kita masih undervalued secara fundamental? iya karena inflasi kita rendah, defisit transaksi berjalan rendah, dan juga ekonomi kita yang membaik," jelas Gubernur BI Perry Warjiyo, dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta, Rabu (2/6/2021).
Kendati demikian, ada potensi-potensi nilai tukar menguat. Namun juga ada ketidakpastian dan risiko tekanan nilai tukar dari sisi global, termasuk kenaikan US treasury yield.
"Kami akan terus melakukan stabilitas nilai tukar rupiah, dan ini juga didukung oleh cadangan defisa kami yang akhir bulan lalu adalah USD 138,8 miliar," tutur Perry.
Secara keseluruhan, BI memproyeksikan nilai tukar rupiah pada tahun ini berada di level Rp 14.200 - Rp 14.600. Kemudian diprediksi akan terus menguat pada tahun depan.
"Untuk nilai tukar di 2022, kami prediksi dikisaran Rp 14.100 sampai dengan Rp 14.500. Masih menguat dari 2021 karena ketidapastian global itu penguatannya memang tidak seperti mengarah betul kepada fundamental," ungkap Perry.
Advertisement