Liputan6.com, Jakarta - Deputi Komisioner Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sarjito mengatakan, jumlah investor saham syariah di Indonesia masih rendah. Untuk investor aktifnya saja hanya 24,7 persen, dan rasio investor syariah dari total investor sebesar 4,1 persen saja.
“Dari data-data yang yang ada, jumlah investor saham syariah ini memang masih sangat kecil. Coba bayangkan bahwa investor aktif 24,7 persen dan rasio investor syariah dibandingkan dari total investor 4,1 persen,” kata Sarjito dalam webinar Menggenjot Akselerasi Keuangan Syariah di Kalangan Milenial, Jumat (25/6/2021).
Baca Juga
Menurut dia, kecilnya angka investor syariah dikarenakan tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah masih rendah. Sehingga diperlukan dorongan dari pemerintah agar tingkat literasi keuangan syariah di Indonesia meningkat.
Advertisement
Berdasarkan survei Nasional Keuangan Indonesia tahun 2019 yang dilakukan OJK menunjukkan tingkat literasi keuangan syariah masih rendah hanya di kisaran 8,93 persen. Sedangkan inklusi keuangan syariah di angka 9,10 persen. Dengan kata lain hanya 9 dari 100 orang dewasa Indonesia yang mengenal produk keuangan syariah dengan baik.
Kendati begitu, hal menariknya kapitalisasi pasar saham syariah dinilai tumbuh dengan konsisten. Dalam kalkulasi OJK, memang masih banyak saham-saham yang belum masuk kategori Syariah. Tetapi seiring berjalannya waktu, dia menegaskan perkembangan saham Syariah akan terus tumbuh.
“Dari hasil asesmen dan fakta-fakta juga menyebutkan bahwa saham-saham yang berbasis Syariah itu juga lebih resilient dibandingkan dengan saham-saham yang tidak berbasis Syariah,” imbuhnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Sukuk Ritel
Di sisi lain, Dia menambahkan, berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, investor Sukuk Ritel 014 Syariah di Indonesia memang didominasi oleh generasi milenia berusia 19-39 tahun sebesar 36,40 persen.
Kemudian di urutan kedua oleh generasi X berusia 40-54 tahun sebesar 34,75 persen. Lalu, generasi baby boomers rentang usia 55-73 tahun 25,86 persen. Selanjutnya, generasi tradisionalis 74-91 tahun sebesar 2,06 persen, dan generasi Z usia kurang dari 19 tahun jumlahnya sekitar 0,93 persen.
“Sukuk retail rupanya dari data jelas ini bahwa generasi milenial itu paling dominan 36,40 persen walaupun masih berdekatan dengan generasi X yang umur 40 sampai 54 tahun emang lebih senior biasanya lebih kaya sebesar 34,75 persen, tetapi rupanya sekarang sudah bergeser pada generasi milenial,” pungkasnya.
Advertisement