Sukses

Mengintip Peternakan Cacing Super di Kuwait, Berprotein Tinggi dan Digadang-gadang Jadi Santapan

Pengusaha Kuwait Jassem Buabbas mengembangbiakkan cacing super di peternakannya di Kabad, Kuwait.

Liputan6.com, Jakarta Apa yang Anda rasakan ketika mendengar kata cacing?. Mungkin ada yang bergidik geli, takut atau biasa saja dengan hewan melata ini.

Buat yang merasa geli atau jijik dengan hewan ini, mungkin bisa berpikir ulang. Hewan ini ternyata bisa menjadi ladang cuan.

Seperti dilakukan pengusaha Kuwait Jassem Buabbas yang mengembangbiakkan cacing super di peternakannya di Kabad, Kuwait.

 

Di sebuah ruangan kecil dan gelap di luar Kota Kuwait, Buabbas menempatkan larva cacing, untuk dikembangbiakkan,  ke dalam kotak transparan di atas dedak dan tepung jagung.

Ternyata, Jassem Buabbas telah bertahun-tahun menjadi peternak cacing super untuk dijual sebagai pakan ternak. 

 

 

 

 

Bahkan, dia berharap cacing super bisa menjadi makanan warga Teluk. Seperti serangga yang  telah lama menjadi santapan warga di beberapa negara. 

Cacing terkenal karena kandungan proteinnya yang tinggi. "Ambisi saya adalah cacing menjadi alternatif makanan yang sukses bagi manusia," katanya kepada AFP.

 

Diperkirakan sebanyak 1.000 spesies serangga muncul di piring makan sekitar dua miliar orang di Afrika, Asia, dan Amerika Latin.

Serangga selama ini memang kerap menjadi santapan di negara-negara seluruh dunia. Bahkan diprediksi 1.000 spesies muncul di piring makan sekitar dua miliar orang di Afrika, Asia, dan Amerika Latin.

Selain cacing super, Jassem Buabbas juga membiakkan kumbang Darkling. 

 

Namun terlepas dari makanan tradisional, pasta jangkrik dan smoothie tepung ulat telah menjadi tren makanan terbaru di beberapa ibu kota dunia. Panganan hewan ini kerap dipromosikan sebagai alternatif makanan sumber protein.

Beberapa negara Teluk bahkan memiliki tradisi mengkonsumsi belalang kering dan dipanggang. Ini terjadi saat hewan ini  banyak ditemukan ketika terjadi wabah.

Serangga dianggap sebagai makanan yang melezatkan oleh beberapa orang, meskipun konsumsi makanan ini sudah mulai tidak diminati di zaman modern.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini