Sukses

Pengamat: BUMN yang Sakit Jadi Beban APBN

INDEF mengingatkan agar pemerintah memperhatikan kinerja BUMN yang kini sedang merugi.

Liputan6.com, Jakarta - Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) mengingatkan agar pemerintah memperhatikan kinerja BUMN yang kini sedang merugi.

Kepala Food Center Sustainable Food Development INDEF Abra Talattov mengatakan, sudah saatnya pemerintah menagih kontribusi BUMN dalam memberikan pendapatan negara bukan pajak (PNBP).

"Jangan sampai gara-gara pandemi ini, BUMN ini lagi-lagi mengeluarkan argumentasi, masyarakat harus memaklumi karena pandemi. Kita tidak boleh memberi toleransi terlalu besar untuk BUMN," ujarnya dalam diskusi online INDEF, Senin (28/6/2021).

Lebih lanjut, Abra menjelaskan kontribusi BUMN terhadap negara bahkan sebelum pandemi sudah merosot. Menurut data Kementerian BUMN, pendapatan BUMN turun dalam 3 tahun terakhir yaitu dari Rp 2.339 triliun pada 2018 menjadi Rp 1.600 triliun pada 2019 hingga menjadi Rp 1.200 triliun pada 2020.

Lalu, laba BUMN juga tercatat turun dari Rp 183 triliun pada 2018 menjadi Rp 124 triliun pada 2019 dan anjlok menjadi Rp 28 triliun pada 2020.

Aset BUMN juga sempat naik dari Rp 8.145 triliun pada 2018 menjadi Rp 8.739 triliun di 2019 namun kembali turun menjadi Rp 8.400 triliun di 2020.

"Jadi ini sorotan bagi kita, bahwa kinerja BUMN akan mempengaruhi kinerja APBN dan mempengaruhi beban rakyat. Kalau BUMN semakin sakit dan jadi beban buat APBN, akan jadi beban buat rakyat," katanya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Sederet Ikhtiar Hotel BUMN Bertahan dari Pandemi, hingga Buka Jasa Bersihkan Rumah

Direktur PT Hotel Indonesia Natour (Persero) atau HIN, Christine Hutabarat mengakui bukan perkara mudah untuk mempertahankan bisnis hotel di tengah pandemi Covid-19. Dia pun membeberkan sejumlah upaya keras yang telah dilakukan pihaknya agar kelangsungan bisnisnya tetap terjaga.

Pertama, seluruh manajemen Hotel Indonesia Natour terus berusaha keras sepanjang waktu memastikan aspek kebersihan dan keamanan tetap terjaga. Hal ini penting untuk memastikan keamanan pegawai maupun pengunjung dari ancaman paparan virus corona jenis baru tersebut.

"Untuk (mempertahankan) hotel ini kita terus melakukan review, khususnya terkait CHSE (sertifikasi Clean, Health, Safety, dan Environment)," terangnya dalam acara Dialog Produktif bertajuk Optimisme Pariwisata di Tengah Pandemi, Rabu (23/6).

Selain itu, manajemen juga terus berinovasi dan beradaptasi untuk memaksimalkan potensi usaha yang dimiliki. Diantaranya dengan memanfaatkan layanan digitalisasi dna menambah daftar menu untuk sektor bisnis food and beverage demi menambah penerimaan selain dari penginapan.

"Jadi, kita kembangkan menu baru untuk juga bisa jual secara online. Karena memang tidak ada market, karena pembatasan-pembatasan sosial ini," paparnya.

Selanjutnya, manajemen hotel juga terpaksa membuka jasa layanan pembersih rumah sebagai sumber pendapatan usaha baru. Menyusul, tersedianya SDM bagian tata graha atau housekeeping dengan kemampuan yang mumpuni.

"Jadi, banyak hal yang sebenarnya yang coba kita lakukan demi bertahan di tengah pandemi ini," tukasnya.Â