Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid mengatakan, meskipun posisi Indonesia turun menjadi negara menengah bawah, dunia usaha tetap yakin perekonomian Indonesia bisa bangkit cepat dari dampak pandemi covid-19.
“Harus diingat, pandemi ini cakupannya global. Bukan hanya Indonesia, jadi yang terdampak ya semua negara, tidak ada pengecualian. Artinya kontraksi ekonomi juga terjadi di semua negara. Jadi kita bisa mengerti jika pendapatan per kapita Indonesia juga mengalami penurunan,” kata Arsjad kepada Liputan6.com, Minggu (11/7/2021).
Baca Juga
Menurutnya, jika dilihat di 2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia memang mengalami kontraksi sebesar -2,1 persen. Angka tersebut tak begitu dalam karena ditopang oleh kebijakan fiskal yang akomodatif, juga APBN yang responsif terhadap dinamika yang terjadi.
Advertisement
“Boleh dibilang, perekonomian kita tercatat masih lebih baik dibanding dengan negara lain,” imbuhnya.
Dia mencontohkan beberapa negara yang kontraksi perekonomiannya melebihi Indonesia, yakni Thailand pada 2020 terkontraksi -6,1 persen, Filipina -9,5 persen, dan Malaysia -5,6 persen. Sementara India pada 2020 terkontraksi -8,0 persen, Afrika Selatan -7,0 persen, dan Brazil -4,1 persen.
“Yang jelas Kadin Indonesia dan teman-teman dunia usaha optimistis perekonomian Indonesia mampu bangkit dari dampak pandemi. Yang terpenting sekarang ini adalah bergotong royong semua, memperkuat kolaborasi untuk bersama-sama memenangkan perang melawan pandemi,” ujarnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Saling Membantu
Dia menegaskan bahwa dunia usaha dan sektor swasta harus bahu-membahu bergerak membantu Pemerintah untuk mengatasi situasi pandemi covid-19 ini dan terlibat dalam pemulihan kesehatan. Misalnya, dalam hal ini Kadin Indonesia telah melakukan percepatan Vaksinasi Gotong Royong.
“Dan kini kami juga terlibat memberikan bantuan tabung-tabung oksigen untuk ruang-ruang darurat perawatan pasien Covid-19. Kami juga tengah menggagas untuk mendirikan rumah sakit darurat penanganan Covid-19,” ungkapnya.
Sejalan dengan itu, Arsjad menegaskan, KADIN Indonesia akan terus memainkan peran strategis menjadi katalisator bagi pertumbuhan ekonomi dengan terus mendorong pengembangan pengusaha nasional, termasuk memperkuat UMKM serta mengembangkan kompetensinya.
“Yang harus kita ingat, dalam situasi saat ini, tak hanya perusahaan dalam skala besar yang harus kita selamatkan. Namun juga usaha dalam skala mikro, kecil dan menengah,” pungkasnya.
Advertisement
Bank Dunia: Indonesia Turun Peringkat Jadi Negara Berpenghasilan Menengah Bawah
Sebelumnya, Laporan Bank Dunia (World Bank) menyebutkan peringkat Indonesia turun menjadi negara berpenghasilan menengah ke bawah (lower middle income).
Posisi Indonesia turun karena Gross National Income (GNI) Indonesia hanya sebesar USD 3.979 per kapita. Pemicunya kondisi ekonomi nasional yang terjadi sepanjang 2020.
Melansir situs resmi Bank Dunia, Rabu (7/7/2021), pada tahun sebelumnya, Indonesia dimasukkan dalam negara berpenghasilan menengah atas (upper middle income).
Kala itu, Gross National Income (GNI) atau pendapatan nasional bruto Indonesia mencapai USD 4.050 per kapita.
"Indonesia, Mauritius, Rumania, dan Samoa sangat dekat dengan ambang batas klasifikasi pada tahun 2019 dan semuanya mengalami penurunan Atlas GNI per kapita terkait COVID-19, yang mengakibatkan klasifikasi lebih rendah pada tahun 2020," mengutip penjelasan Bank Dunia.
Posisi Indonesia sebagai negara berpenghasilan menengah ke bawah bersama-sama dengan Aljazair, Angola, Bangladesh, Belize, Benin, Bolivia, Mesir, El Savador, India, Iran, Myanmar, Filipna dan lainnya.
Bank Dunia membagi perekonomian dunia ke dalam empat kelompok pendapatan—negara-negara berpenghasilan rendah, menengah-bawah, menengah-atas, dan tinggi.
Klasifikasi diperbarui setiap tahun pada tanggal 1 Juli dan didasarkan pada GNI per kapita dalam Dolar AS.
Adapun perubahan klasifikasi karena dua alasan. Di setiap negara, faktor-faktor seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar, dan pertumbuhan penduduk mempengaruhi GNI per kapita. Revisi metode dan data neraca nasional juga dapat mempengaruhi GNI per kapita.