Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan asuransi yang tergabung dalam konsorsium asuransi aset dan proyek konstruksi hulu migas tercatat telah membayarkan 121 klaim senilai USD 523 juta atau Rp 7,5 triliun sejak 2010.
Direktur Bisnis Strategis PT Asuransi Jasa Indonesia Syah Amondaris mengatakan, pembayaran klaim terbanyak disalurkan untuk aset yaitu sebanyak 97 klaim dengan nilai USD 323,3 juta.
Baca Juga
"Sementara untuk proyek konstruksi sebanyak 24 klaim senilai USD 200,8 juta. Ini tentu bukan jumlah yang sedikit," ujar Aris dalam webinar Energy Watch, Rabu (14/7/2021).
Advertisement
Aris menjelaskan, terdapat 2 konsorsium yang dibentuk untuk menangani klaim asuransi hulu migas, yaitu konsorsium aset dan konsorsium proyek. Keduanya dipimpin oleh PT Jasindo.
Dirinya menjelaskan, tren klaim asuransi aset tercatat mengalami peningkatan sejak 2010.
"Kita lihat, tren nilai pertanggungan konsorsium asuransi aset industri SKK Migas-KKKS meningkat dari 2010 dan puncaknya di 2017. Mostly, yang kita cover ini adalah offshore property (aset di lepas pantai)," katanya.
Berdasarkan data Jasindo, nilai pertanggungan konsorsium asuransi aset pada tahun 2017 mencapai lebih dari USD 25 miliar. Untuk 2021 nilainya menurun menjadi USD 20 miliar.
Aris melanjutkan, secara total nilai pertanggungan yang mencakup offshore property, onshore property (aset yang berlokasi di darat) dan hull and machinery tahun 2021 mencapai USD 48 miliar.
Lalu, untuk nilai pertanggungan kedalaman sumur mengalami penurunan sejak 2012. Aris menjelaskan, hal ini berkaitan dengan harga minyak yang juga fluktuatif.
Sementara untuk proyek, tercatat, sejak 2010, konsorsium telah menutup asuransi untuk 48 proyek. Adapun, nilai pertanggungan proyek konstruksi mengalami penurunan sejak 2014 dimana nilainya jauh di bawah USD 1 miliar.
"Kebanyakan yang di-cover oleh konsorsium adalah offshore construction, yaitu 34 dan onshore 15, totalnya 48 proyek," katanya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Negara Dapat Rp 78,2 Triliun dari Kegiatan Produksi Migas
Sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Hulu Minyak Dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat, kegiatan produksi migas menyetor sebesar USD5,5 miliar atau setara Rp 78,2 triliun ke negara sampai Mei 2021.
Sekretaris SKK Migas Taslim Yunus mengatakan, setoran tersebut 76,2 persen dari target penerimaan yang ditetapkan dalam APBN 2021 sebesar USD7,28 Miliar.
Untuk menjaga penerimaan negara tetap maksimal, SKK Migas meminta agar Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) segera meningkatkan investasi, memanfaatkan harga minyak yang naik seperti saat ini.
Selain itu SKK Migas juga mengharapkan insentif hulu migas segera diberikan sehingga momentum yang baik untuk meningkatan investasi ini dapat dimaksimalkan.
“Kita bersyukur karena harga minyak saat ini semakin meningkat, saat ini sekitar USD73 per barel, dan Indonesia Crude Price (ICP) sekitar USD68 per barel," kata Taslim, di Jakarta, Rabu (16/7/2021).
Taslim pun berharap, harga yang tinggi ini bisa mendorong KKKS meningkatkan kegiatan investasinya, antara lain dengan segera merealisasikan proyek-proyek yang sebelumnya ditinggalkan karena memiliki keekonomian pada harga USD50 atau USD60 per barel
Peningkatan kegiatan minimal akan tercermin dalam pembahasan-pembahasan Work, Program and Budget (WP&B) yang akan segera dilakukan SKK Migas dengan KKKS pada bulan Juli hingga September 2021.
“Pak Kepala sudah memberi arahan, kami akan segera mengirimkan surat edaran kepada KKKS agar mereka segera meningkatkan investasi pada tahun 2022. Syukur kalau kegiatan bisa ditingkatkan mulai tahun 2021 ini,” tambahnya.
Advertisement
Insentif
Agar momentum ini menghasilkan peningkatan investasi yang maksimal, pihaknya berharap agar permohonan insentif hulu migas juga disetujui pemerintah, sehingga momentum yang baik ini akan semakin dimaksimalkan.
Permohonan ini tetap dibutuhkan kendati harga minyak meningkat, karena insentif dibutuhkan lebih kepada usaha-usaha meningkat iklim investasi migas yg lebih menarik dan kompetitif.
Per Mei 2021, lifting minyak sebesar 662.6 ribu bopd atau 94 persen dari target APBN, sedang lifting gas sebesar 5,379 MMSCFD atau 95,4 persen dari target APBN.
Dibutuhkan tambahan investasi yang cukup besar untuk mendorong investasi meningkat dan membuat lifting minimal sama dengan tahun 2021. Menurut Taslim, Pandemi Covid-19 yang melanda dunia tahun 2020 menurunkan realisasi investasi di sektor hulu migas di seluruh dunia, sekitar 30 persen.
Tantangan investasi hulu migas semakin meningkat karena adanya kampanye dunia untuk mengalihkan investasi ke sektor energi terbarukan. Tantangan serupa juga terjadi di Indonesia. Per Mei 2021, capaian realisasi investasi mencapai USD 3,93 miliar atau sekitar 31,7 persen dari target.
“Dengan membaiknya harga minyak, kami berharap situasi membaik karena dari sisi potensi, Indonesia masih menjanjikan. Sebagai bukti, kita masih menyaksikan temuan yang cukup menggembirakan di pemboran sumur Maha di Perairan Makasar, juga adanya temuan tambahan cadangan di Lapangan Banyu Urip yang dobel dari perkiraan sebelumnya. Semoga usaha bersama ini dapat meningkatkan kegiatan produksi di tanah air,” tutur Taslim.