Liputan6.com, Jakarta Revolut adalah startup perbankan digital yang berbasis di London dan tercatat sebagai perusahaan teknologi swasta dengan nilai valuasi sebesar 24 miliar poundsterling atau Rp 48,1 triliun.
Nilai tersebut mengalahkan bank High Street Natwest. Padahal Revolut baru didirikan enam tahun lalu, tetapi sudah bernilai empat kali lipat dibandingkan nilai tahun lalu.
Baca Juga
Jasa yang ditawarkan Revolut antara lain menyediakan layanan pertukaran mata uang, rekening giro, dan mata uang crypto untuk pelanggaran dari 35 negara. Namun, untuk perizinan crypto masih dalam proses lisensi perbankan Inggirs
Advertisement
Pada pergerakan investasi, Rebolut dapat mengumpulkan USD 800 juta dari SoftBank Jepang dan Tiger Global Management yang berbasis di New York. Kini, kedua grup investasi tersebut memegang 5 persen saham di perusahaan rintisan.
Belajar dari Kesalahan
Nik Storonsky, pendiri Revolut memulai rintisannya dengan masuk ke pasar mata uang crypto karena menilai dapat menggapai kesuksesan di dalamnya.
Pernyataan tersebut membuat Storonsky menjelaskan bahwa penilaian tersebut menjadi “pengukuhan misi perusahaan” untuk menciptakan aplikasi keuangan global yang memudahkan pelanggan mengelola semua kebutuhannya dalam satu platform saja
Meroketnya nama Revolut, membuatnya berencana untuk melakukan ekspansi ke pasar India dan Amerika Serikat.
Salah satu investor senior SoftBank Karol Niewiadomski menyatakan kepada BBC, Sabtu (17/7/2021), “Tingkat inovasi dari perusahaan telah menunjukkan kembali peran jasa layanan keuangan dan menempatkan (Revolut) di garis depan sektor perbankan Eropa”.
Kesalahan yang dilakukan tahun lalu mengakibatkan perusahaan mendapatkan kerugian dua kali lipat menjadi 201 juta poundsterling atau senilai Rp 4,03 triliun. Oleh karena itu, Revolut membuka lapangan pekerjaan untuk mempekerjakan lebih banyak staf.
“Kami berencana untuk mencatat nilai saham perusahaan ke pasar saham,” jawab Kepala Keuangan Revolut Mikko Salovaara ketika tahu bahwa saham mereka mendapat penilaian yang lebih tinggi.
Saksikan Video Ini
Bukan Bank Digital Biasa
“Tidak mungkin bank tradisional mendapatkan penilaian setinggi ini,” jelas Profesor Ekonomi Bisnis di Universitas Oxford Nir Vulkan. Ia menganggap bahwa dengan nilai setinggi itu, perusahaan lebih cocok dianggap sebagai perusahaan teknologi ketimbang bank.
“Banyak orang memiliki akun Revolut dan Monzo, tetapi sedikit yang mendapatkan upah yang dikirimkan ke akun tersebut,” tambah Vulkan yang mengetahui adanya hambatan yang terjadi ketika bersaing dengan pemberi pinjaman tradisional.
Mengetahui ada yang mencurigakan, pihak berwenang melakukan pengawasan terhadap perusahaan pada 2019 dan menemukan bahwa salah seorang karyawan pernah mengajukan keluhan kepada Otoritas Perilaku Keuangan pada 2016. Keluhan tersebut berisikan permintaan penyelidikan terhadap kepatuhan Revolut dan kepala eksekutifnya.
Ternyata, Revolut tidak melakukan pembayaran yang tidak sesuai dengan kesepakatan seharusnya. Ketika keluhan tersebut didengar oleh Revolut, pertanyaan itu dibantah.
“Ini adalah pertama kalinya Revolut mengetahui keluhan seperti itu. Tampaknya keluhan yang diajukan dibuat oleh mantan karyawan yang sudah resign sejak beberapa tahun lalu,” jelas Revolut.
Politisi Lithuania pun ikut turun tangan untuk menyelidiki kasus tersebut karena terdapat beberapa alasan keamanan nasional.
Ayah Storonsky adalah direktur di anak perusahaan gas alam Rusia Gazprom dan mendapat sanksi di bawah AS sejak 2014.
Namun, hasil menemukan Revolut tidak menimbulkan resiko keamanan apapun.
Reporter: Caroline Saskia Tanoto
Advertisement