Liputan6.com, Jakarta Nama Thomas Tull mungkin sudah dikenal di dunia bisnis. Miliarder ini adalah pendiri dan mantan CEO Legendary Entertainment yang sudah menjual film papan atas atau box office Hollywood.
Sebut saja Jurrasic World, The Hangover, dan The Dark Knight. Menurut Forbes, di usianya yang sudah menginjak 51 tahun, kekayaan bersih yang Tull miliki mencapai USD 2,9 miliar.
Baca Juga
Namun, pada 2016 Tull menjual perusahaan senilai USD 3,5 miliar. Adapun dia kini sedang mengelola perusahaan Tulco LLC, perusahaan induk investasi yang berinvestasi di Al. Miliarder ini juga memiliki sebagian kecil saham di Pittsburgh Steelers.
Advertisement
Melansir laman CNBC, Jumat (6/8/2021), kisah yang tak banyak diketahui orang adalah bagaimana dia memulai usaha. Ternyata dulu dia menjalankan usaha laundry dan bengkel mobil di kota kelahirannya, Endwell, New York.
Sebelum menghasilkan kekayaannya seperti sekarang, Tull bahkan membeli dan menjual beberapa kantor pajak dan akuntansi sekitar akhir tahun 90-an.
“Saya selalu ingin menjadi pengusaha karena ingin tahu apakah ide saya akan berhasil atau tidak,” papar Tull.
Perasaan yang kuat untuk selalu memiliki ide dan menyaksikan hidupnya sendiri menjadi motivasinya selama ini.
Lingkungan Keluarga yang Tidak Mendukung
Semasa kecil, Tull dibesarkan bersama dua adik perempuan oleh seorang ibu tunggal. Kondisi kota kelahirannya sangat miskin.
Sejak kecil, ia harus bekerja agar dapat membayar tagihan bulanan. Pekerjaan yang dilakukan biasanya menyekop salju, memotong rumbut, dan beberapa jenis pekerjaan lain.
Ketika tumbuh dewasa, Tull memiliki banyak teman yang datang dari beragam latar belakang. Dia juga memiliki ketertarikan pada banyak hal sehingga membawanya mengenal dunia yang sebelumnya belum pernah diketahui.
Tull sempat menjadi atlet, bahkan nilai di sekolah cukup bagus. Ia pun sangat menyukai sains dan musik. Keberagaman hal yang dicoba memperkenalkan ia kepada orang-orang yang baru juga.
Terkoneksi dengan orang-orang tertentu adalah hal yang paling disukai. Dengan mengenal banyak orang, dapat membantunya mengetahui beragam cerita dan sudut pandang dari orang lain.
Pengusaha yang Inovatif
Tull memiliki cita-cita untuk menjadi seorang pengusaha. Sejak masih mudah, ia sudah mengetahui bahwa jika dirinya bekerja dengan orang lain, hal tersebut akan menjadi sangat buruk. “Saya tahu bahwa saya tidak ingin bekerja untuk orang lain,” ungkapnya.
Memiliki kendali atas jalan hidupnya dengan menguji setiap hipotesis dari ide-ide yang dikembangkan adalah hal yang ingin dicapai Tull.
“Saya tidak mau hanya duduk, mengeluh, atau memimpikan sesuatu. Saya hanya ingin benar-benar melaksanakannya,” tambah dia.
Bisnis pertama yang dijalankan pada awal 90-an adalah pusat perbaikan mobil. Namun, hal yang menjadi menarik adalah hingga kini, Tull sendiri pun tidak bisa mengganti oli mobilnya.
Alasannya karena sejak kecil tidak memiliki keuangan yang memadai sehingga sulit untuk membeli barang. Daripada harus membeli, ia cenderung memperbaiki barang.
Tak mendapat untung, rugi pun menghampiri. Perusahaan perbaikan tersebut gulung tikar. Dengan cepat Tull mengambil keputusan cepat saat melihat kondisi perusahaannya.
“Saya memberi tahu pemilik peralatan itu, bahwa mereka harus mengambil dan menjualnya lagi dengan harga satu sen demi satu dolar,” ujar Tull.
Ia meminta pemilik tersebut untuk menyimpang saja barang-barangnya agar diperbaiki ulang sebelum dijual kembali.
Perbaikan tersebut membuat orang-orang sekitar tersanjung karena dapat mendirikan perusahaan laundry yang beroperasi menggunakan koin.
Tull sebenarnya tidak memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang masalah keuangan. Ia hanya meniru dan memperhatikan apa yang orang lain perbuat. Pengalaman itulah yang membawanya sampai saat ini.
Dengan latar belakang ekonomi yang sulit, kebebasan dalam memiliki uang tidak ia miliki. Pilihan-pilihan yang dihadapkan sulit dan membuat Tull seolah merasa terkunci sehingga mengakibatkan cara pandang Tull melihat dunia adalah dengan harus bekerja dan memiliki pekerjaan.
Kecerdasan Mental Adalah Penting
Dia pun membagikan saran untuk generasi muda adalah belajar untuk mengambil sudut pandang orang lain dalam melihat segala situasi.
Pertama, kenali diri Anda sendiri. Kedua, luangkan waktu untuk apa yang disukai atau diminati. Cari tahu apa yang menjadi cita-cita Anda. Kemudian, tentukan mana yang membuat apa merasa puas dan bahagia.
“Saya menghabiskan banyak waktu untuk membaca topik yang berbeda, mengeksplorasi ide-ide seperti membaca argumen,” jelas Tull saat diminta menceritakan caranya menyelesaikan masalah.
Kecerdasan emosional adalah hal yang perlu terus diupayakan setiap orang. Dengan memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dan mau terus menggali diri akan membuat diri kita menjadi lebih bernilai.
“Menurut saya, menerima sudut pandang orang lain yang tidak Anda setujui adalah hal penting,” tutup Tull
Reporter: Caroline Saskia Tanoto
Advertisement