Liputan6.com, Jakarta Pemerintah akan meonggarkan PPKM Darurat mulai 26 Juli 2021. Apa yang menjadi keputusan pemerintah ini langsung direspon positif para pedagang.
Seperti diketahui, salah satu pelonggaran yang diberikan pemerintah yakni memperbolehkan pedagang kaki lima (PKL) dan warung makan untuk menerima pelanggan makan di tempat dengan penerapan protokol kesehatan. Aturan ini pun hanya diperbolehkan bagi tempat usaha yang memiliki ruang terbuka. Hanya saja, pelanggan yang makan di tempat dibatasi maksimal 30 menit.
Baca Juga
Kabar tersebut menjadi angin segar bagi Taufik, penjual Soto Surabaya di Sunter, Jakarta Utara. Meski masih rencana dan mulai berlaku pekan depan dia bersyukur pemerintah memberikan kelonggaran.
Advertisement
"Saya bersyukur masih ada kelonggaran, enggak kaya kemarin-kemarin," kata Taufik saat berbincang dengan merdeka.com, Jakarta, Rabu (21/7/2021).
Adanya pelonggaran PPKM Darurat tersebut membuatnya sedikit lebih tenang. Sebab selama PPKM Darurat dia was-was karena terpaksa harus menerima pelanggan yang makan di tempat.
"Selama PPKM Darurat ini was-was itu pasti ada karena mau enggak mau harus colong-colongan terima pelanggan yang makan di tempat," kata dia.
Taufik menjelaskan, mayoritas pelanggan yang datang bukan lah dari kalangan rumah tangga. Melainkan pegawai perusahaan yang lokasinya tidak jauh dari tempatnya berdagang.
Selain mereka, pelanggan yang datang rata-rata pekerja lapangan yang tidak memungkinkan untuk membungkus makanannya. Sehingga, mau tak mau dia terpaksa menerima pelanggan makan. Meski begitu dia tetap membatasi pelanggan yang makan di tempat. Maksimal 3-4 orang dari kapasitas tempat makan yang bisa hingga 8 orang.
"Paling yang makan di tempat enggak banyak. Cuma 3-4 orang aja, itu juga kita siasati biar terlihat bukan pelanggan, caranya kita ajak sambil ngobrol atau ngopi," cerita soal kondisi dagangannya selama PPKM Darurat.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tak Untung
Taufik mengaku selama PPKM Darurat ini, jumlah pelanggannya menurun drastis. Dalam sehari dia hanya bisa mendapatkan Rp 300 ribu sampai Rp 400 ribu. Padahal dalam kondisi normal dia bisa membawa pulang uang di atas Rp 1 juta per hari.
"Sekarang cuma dapat Rp 300 ribu - Rp 400 ribu, buat ngejar dari separuh biasanya aja susah. Biasanya bisa dapat 1 juta atau lebih dari itu," kata dia.
Pendapatan tersebut pun hanya bisa untuk menutupi modal dan biaya listrik, air dan kontrakan. Meski tak ada untungnya, Taufik memilih tetap berjualan ketimbang tidak menghasilkan uang sama sekali.
"Kalau buat saya sekarang lebih baik bertahan saja, kalau hari ini kita dapat segini, siapa tahu besok bisa ada lebihnya," kata dia mengakhiri.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Advertisement