Sukses

Harga Minyak Melonjak 4 Persen Meski Persediaan AS Naik

Harga minyak mentah berjangka WTI AS naik 4,61 persen dan menetap di USD 70,30 per barel.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik lebih dari 4 persen pada penutupan perdagangan Rabu (Kamis pagi waktu Jakarta), memperpanjang kenaikan dari sesi perdagangan sebelumnya. Pendorong kenaikan harga minyak ini adalah peningkatan selera risiko investor meskipun data menunjukkan kenaikan tak terduka persediaan minyak AS.

Mengutip CNBC, Kamis (22/7/2021), harga minyak mentah berjangka Brent naik 4,15 persen dan menetap di USD 72,23 per barel. Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 4,61 persen dan menetap di USD 70,30 per barel.

Harga minyak berjangka rebound setelah turun sekitar 7 persen pada perdagangan Senin lalu, menyusul kesepakatan Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya atau OPEC+ untuk meningkatkan pasokan sebesar 400 ribu barel per hari dari Agustus hingga Desember.

Aksi jual diperparah oleh kekhawatiran bahwa peningkatan kasus Covid-19 varian Delta di pasar utama seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang yang akan memengaruhi permintaan.

Data U.S. Energy Information Administration menunjukkan kenaikan harga minyak pada Rabu terjadi meskipun ada kenaikan stok minyak mentah AS untuk pertama kalinya sejak Mei 2021. Persediaan minyak mentah naik secara tak terduga sebesar 2,1 juta barel pekan lalu menjadi 439,7 juta barel. Padahal analis memperkirakan penurunan 4,5 juta barel.

Namun, persediaan bensin dan minyak sulingan mencatat penarikan masing-masing 121 ribu barel dan 1,3 juta barel.

"Peningkatan jumlah minyak mentah ini jelas merupakan kejutan yang didorong oleh lonjakan impor dan penurunan ekspor," kata analis Again Capital New York John Kilduff.

"Satu-satunya aspek positif dari laporan tersebut adalah permintaan bensin yang kuat dan rebound bahan bakar sulingan." tambah dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Permintaan Global

Analis JPMorgan mengatakan permintaan global diperkirakan rata-rata 99,6 juta barel per hari pada Agustus, naik 5,4 mbd dari April.

Tetapi mereka juga mengatakan: “Kami melihat permintaan di kuartal IV 2021 hanya bertambah 330.000 dari baseline 2019 yang dinormalisasi karena cuaca yang lebih dingin mulai terjadi di belahan bumi utara dan musim perjalanan puncak telah berlalu.”