Liputan6.com, Jakarta - Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Mohammad Faisal, menilai revisi target pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2021 di kisaran 3,7 hingga 4,5 persen masih sulit dicapai. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan hanya mampu mencapai di kisaran 3 persen.
Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di tengah pandemi, berdampak pada penurunan konsumsi rumah tangga sebagai komponen utama dari ekonomi. Selain itu, sebagian investasi juga menjadi terkontraksi.
"Kalau dari kami, perkiraan kalkulasi kami termasuk yang sudah direvisi kemarin menjadi 3,7 - 4,5 persen itu juga masih terlalu tinggi. Kami sudah prediksikan bahwa di 2021 ini hanya 3-4 persen, tapi dengan adanya lonjakan kasus kita masih percaya pada range itu, tapi sekarang lebih mengarah ke tiga persen," jelas Faisal dalam diskusi virtual Narasi Institute pada Jumat (23/7/2021).
Advertisement
Kendati demikian, ia meyakini pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun ini tidak akan di bawah tiga persen. Setidaknya ada sejumlah faktor yang bisa menahan pertumbuhan ekonomi.
Alasan pertama, kata Faisal, adalah perhitungan berdasarkan tahun ke tahun (YoY) dibandingkan tahun lalu. Tahun lalu, ekonomi RI mengalami kontraksi yang dalam dari kuartal II hingga IV, sehingga untuk bisa tumbuh positif kemungkinannya menjadi lebih besar pada tahun ini.
"Walaupun misalkan masih ada restriksi-restruksi, jadi kita bandingkannya dengan kondisi yang saya rasakan PSBB yang paling dalam, yang paling buruk tahun lalu," tuturnya.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Alasan Berikutnya
Alasan kedua yaitu pertumbuhan ekspor secara YoY pada tahun ini, yang mencapai rata-rata hampir 60 persen ada kuartal II 2021. Menurutnya, Indonesia belum pernah mengalami pertumbuhan ekspor setinggi itu. Hal ini disebabkan lonjakan harga yang terjadi pada hampir semua komoditas, termasuk harga minyak yang sudah di level USD 70 per Barel.
Selain itu, masih banyaknya aliran investasi untuk industri manufaktur juga turut mendukung. Dalam ini terutama di industri turunan besi baja, dan nikel, sehingga memengaruhi ekspor.
Kendati demikian, pertumbuhan ekspor yang cukup besar tidak cukup untuk mencapai target pemerintah. Oleh sebab itu, Faisal pun meyakini pertumbuhan ekonomi RI pada tahun ini hanya berada di level tiga persen.
"Tapi yang jelas ada dua faktor ini yang akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi kita, yang sebetulnya anomali yang susah kalau dilihat secara sekilas itu susah dipercaya," jelasnya.
Advertisement