Liputan6.com, Jakarta - Bank Jago terus melakukan ekspansi usai penerbitan saham baru (rights issue) pada April 2021. Dalam tiga bulan, perseroan berhasil meningkatkan penyaluran kredit dan memperluas kolaborasi dengan digital ekosistem.
Aplikasi Jago integrasi dengan Bibit pada 5 Juli, dan dilanjutkan Gojek pada 22 Juli. Integrasi aplikasi antara bank dengan ekosistem ini menjadi tonggak bersejarah Bank Jago.
Baca Juga
Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar menjelaskan, pencapaian selama semester I 2021 ini menunjukkan perusahaan telah berada di jalur yang tepat dalam mewujudkan aspirasi besar Jago sebagai bank berbasis teknologi yang tertanam dalam ekosistem.
Advertisement
“Kolaborasi mendalam dengan ekosistem menjadi kesempatan bagi Jago untuk memperluas penetrasi pasar sekaligus memberikan pengalaman baru bagi nasabah dalam mengakses layanan bank,” kata Kharim dalam keterangan tertulis, Senin (26/7/2021).
“Ini menjadi game changer yang akan membawa bank dan ekosistem digital ke level lebih tinggi. Berbagai bentuk kolaborasi dan integrasi akan memberikan manfaat kepada nasabah dan tentu pada akhirnya akan berdampak positif ke kinerja Bank Jago,” tambah dia.
Sedangkan untuk kinerja perusahaan, Bank Jago telah menyalurkan kredit Rp 2,17 triliun hingga akhir Juni 2021. Angka tersebut tumbuh 695 persen dari posisi yang sama tahun lalu (year on year/yoy). Jika dihitung secara kuartalan, kredit meningkat 68 persen. Jika ditarik dari posisi akhir Desember 2020 (year to date/ytd), kredit melesat 139 persen.
“Dari sisi nominal memang belum besar karena kami baru memulai ekspansi setelah rights issue II pada April 2021. Namun demikian, kami tetap bersyukur, selama pandemi, kami masih bisa mengoptimalkan fungsi intermediasi dengan tetap menjaga prinsip kehati hatian,” katanya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Masih Rugi
Prinsip hati hati dalam penyaluran kredit tercermin dari rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) di level 0 persen. Dengan NPL sangat rendah, Bank Jago tidak perlu membentuk pencadangan dalam jumlah besar sehingga mampu menekan biaya kredit (cost of credit).
Pertumbuhan kredit mengerek pendapatan bunga sebesar 289 persen (yoy). Dengan beban bunga yang hanya meningkat 46 persen, Bank Jago mampu membukukan kenaikan pendapatan bunga bersih sebesar 423 persen menjadi Rp 139 miliar.
Hal ini berdampak pada penurunan rasio cost to income dari 289 prsen pada Semester I 2020 menjadi 129 persen pada Semester I 2021. Kondisi ini turut mendongkrak rasio net interest margin (NIM) dari 4,1 persen menjadi 5 persen pada kurun yang sama.
Sebagai bank teknologi yang tengah berkembang, perseroan terus mengalokasikan belanja modal untuk investasi IT, pengembangan aplikasi dan rekruitmen talenta baru. Hal ini membuat biaya operasional (operating expense) meningkat 135 persen menjadi Rp 183 miliar.
Kenaikan biaya operasional ini berdampak ke perolehan laba periode semester I-2021 yang masih membukukan rugi bersih Rp 47 miliar.
“Jadi, kinerja kami belum positif karena faktor investasi. Kami menilai hal tersebut sebagai sesuatu yang wajar dan masih sejalan dengan perencanaan awal. Investasi ini tentu akan bisa dinikmati hasilnya di masa mendatang,” kata Kharim.
Advertisement