Liputan6.com, Jakarta IMF atau Dana Moneter Internasional kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pertumbuhan PDB Indonesia 2021 diprediksi berkisar 3,9 persen (yoy) dari perkiraan sebelumnya sebesar 4,3 persen.
Prediksi ini tertuang dalam laporan IMF bertajuk World Economic Outlook edisi Juli 2021, seperti mengutip laman resmi IMF, Rabu (28/7/2021).
Baca Juga
IMF memangkas proyeksi ekonomi negara berkembang turun sebesar 0,4 poin pada tahun 2021 dibandingkan proyeksi sebelumnya di April.
Advertisement
Dikatakan jika sebagian besar karena penurunan pertumbuhan harga di negara-negara berkembang di Asia.
Seperti India, prospek pertumbuhan ekonomi negara ini telah diturunkan setelah mengalami gelombang COVID kedua yang parah selama Maret–Mei. Diperkirakan pemulihan akan berjalan melambat.
"Dinamika serupa juga terjadi di ASEAN (Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Vietnam), di mana gelombang infeksi baru-baru ini menyebabkan terhambatnya aktivitas," mengutip penjelasan IMF.
IMF juga mengatakan jika pada negara-negara dengan cakupan vaksinasi yang rendah atau tertinggal dalam vaksinasi seperti India dan Indonesia, akan paling menderita di antara ekonomi G20.
"Melemahnya dalam aktivitas diasumsikan menimbulkan kerusakan terus-menerus pada kapasitas pasokan ekonomi," kata IMF.
Â
Â
Saksikan Video Ini
Proyeksi ADB
Asian Development Bank (ADB) atau Bank Pembangunan Asia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi negara-negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia pada 2021.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan hanya mencapai 4,1 persen di tahun ini. Padahal pada laporan sebelumnya, lembaga ini memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di posisi 4,5 persen.
Prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang turun tertuang dalam laporan ADB bertajuk Asian Development Outlook yang dirilis pada Juli 2021, seperti dikutip Rabu (28/7/2021).
Khusus Indonesia, ADB menyebutkan alasan memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dari 4,5 persen menjadi 4,1 persen karena negara ini menghadapi gelombang kedua infeksi Corona.
Bahkan disebutkan jika angka infeksi mencapai rekor tertinggi. Kemudian adanya langkah pembatasan mobilitas yang terus diperpanjang.
"Penguncian akan menghambat pemulihan yang sedang berlangsung, yang dimulai pada Q3 2020 dan berlanjut hingga Q2 2021, ketika aktivitas terus meningkat, kebijakan fiskal tetapmendukung, dan permintaan ekspor meningkat," mengutip penjelasan ADB.
ADB memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi negara-negara di Asia Tenggara dari 4,4 persen menjadi 4,0 persen tahun 2021.
Ini seiring pemberlakuan kebijakan pembatasan mobilitas untuk memerangi kebangkitan COVID-19 di seluruh wilayah.
Selain Indonesia, ADB menurunkan prediksi juga untuk Republik Demokratik Rakyat Laos, Malaysia,Thailand, Timor-Leste, dan Vietnam.
Sedangkan prediksi untuk Brunei Darussalam, Kamboja, Myanmar, dan Filipina tidak berubah. Bahkan Singapura diprediksi naik.
Â
Â
Advertisement