Liputan6.com, Jakarta Belakangan publik dikagetkan dengan sumbangan sebesar Rp 2 triliun dari orang bernama Akidi Tio di Sumatera Selatan. Mantan Menteri BUMN, Dahlan Iskan turut mengomentari hal tersebut, ia menggambarkan betapa pusingnya Kapolda Sumsel yang menerima sumbangan tersebut.
Dalam tulisannya tersebut ia memaparkan beberapa kemungkinan penyaluran bantuan untuk Covid-19 di Sumsel. Tanpa jawaban, Dahlan terus memaparkan segala kemungkinan distribusinya.
“Misalkan saya jadi Irjen Pol Eko Indra Heri, Kapolda Sumsel.Yang tiba-tiba mendapat sumbangan Rp 2 triliun itu. Saya akan pusing,” seperti dikutip dari tulisan Dahlan Iskan di Disway.id, Kamis (29/7/2021).
Advertisement
Jadi Kapolda Sumsel saat ini akan menjadi langsung terkenal, melebihi Kapolri, tapi di sisi lain ia juga bisa celaka.
“Pusing pertama: bagaimana saya harus menerima uang itu.Pasti tidak mungkin dalam bentuk uang kontan: rumah ''saya'' tidak akan cukup untuk gudang uang Rp 2 triliun,” tulisnya.
Kemungkinan lainnya, tidak mungkin juga uang bantuan itu ditransfer lewat rekening Polda Sumsel karena bukan uang negara. Kemudian, tidak mungkin juga dikirim langsung lewat rekening pribadi, itu hanya akan menimbulkan masalah lainnya.
“Yang paling aman tentunya lewat rekening khusus. Rekening baru.Itu pun masih akan menyisakan pertanyaan: siapa yang akan membuka rekening itu. Atas nama siapa. Kalau rekening baru itu atas nama ''saya'' bisa bahaya. Kalau atas nama instansi tidak boleh,” tulis Dahlan Iskan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Cara Bagi Sumbangan
Lebih lanjut, Dahlan menulis, menurut Guru besar Universitas Brawijaya, Prof Dr dr Hardi Darmawan, dana sumbangan tersebut seharusnya telah disalurkan pada Rabu, 28 Juli 2021 kemarin. Kalaupun diterima, Dahlan bagaimana menyalurkan dana bantuan tersebut.
Misalnya dibagikan ke seluruh rumah sakit di Sumsel, atau dengan membeli obat dan vaksin, tapi obat mana dan vaksin mana saja, itu menimbulkan keheranan karena vaksin dan obat tanggung jawab pemerintah.
''Saya'' bingung.Untuk dibagi ke semua rumah sakit di seluruh Sumsel?Bagaimana cara membaginya?
Atau untuk membeli obat dan vaksin?Obat apa saja dan vaksin yang mana?Bukankah obat dan vaksin itu tanggung jawab pemerintah?
“Atau diberikan kepada seluruh orang miskin di Sumsel?Sesuai dengan daftar orang miskin yang ada di pemerintah? Atau pakai model Tung Dasem saja?Uang itu disebar pakai helikopter?,” tanya Dahlan.
Selain itu, dana fantastis yang disumbangkan Almarhum Akidi Tio itu apakah akan dihabiskan sekaligus atau ditahan sementara. Jika secara cepat, bisa jadi pandemi masih terus melanda untuk dua tahun kedepan.
“Kalau pun dengan uang itu Covid di Sumsel bisa beres minggu depan belum juga aman.Kan masih akan ada gelombang baru yang datang dari Jawa, dari Lampung, Jambi, Bengkulu, dan dari mana saja,” katanya.
Dengan demikian, keluarga almarhum Akidi Tio harus bicara, terkait bagaimana penyaluran dana tersebut. Ada yang berpendapat itu sumbangan terbesar kedua di dunia. Setelah Bill Gates. Datuk Tahir –bos grup Mayapada– yang memposisikan diri sebagai filantropi terbesar di Indonesia pun menjadi bukan siapa-siapa lagi.
“Tapi orang seperti Bill Gates tidak pusing. Juga tidak membuat orang lain pusing. Dana sumbangan Bill Gates itu masuk ke lembaga not for profit. Untuk diputar.Hasil perputaran itu yang dipakai untuk program sosial.Sumbangan Bill Gates sendiri tetap utuh, tidak habis, bahkan terus berkembang,” katanya.
“Sayangnya tidak ada penjelasan rinci dari ahli waris Akidi Tio.Pokoknya: menyumbang kapolda Rp 2 triliun,” tulis Dahlan.
Advertisement