Sukses

Chandra Asri Kantongi Investasi Bangun Komplek Petrokimia Rp 24,65 Triliun dari Thaioil

Thaioil memperoleh 15 persen kepemilikan saham di Chandra Asri setelah right issue.

Liputan6.com, Jakarta Perusahaan petrokimia PT Chandra Asri Petrochemical Tbk mendapatkan investasi USD 1,7 miliar atau Rp 24,65 triliun untuk membangun kompleks petrokimia terintegrasi.

Investasi ini berasal dari Thai Oil Public Company Limited (Thaioil), kilang minyak unggulan dari PTT Public Company Limited (PTT). 

Chandra Asri Petrochemical dan Thaioil telah menandatangani perjanjian-perjanjian definitif untuk dilanjutkan ke penambahan modal melalui penawaran umum terbatas (rights issue) yang akan diajukan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Investasi di emiten berkode saham akan dilakukan melalui anak perusahaan yang ditunjuk oleh Thaioil yang akan bertindak sebagai pembeli siaga atau standby buyer untuk menjamin keberhasilan transaksi tersebut.

"Kami senang memiliki Thaioil, kilang terbesar di Thailand sebagai mitra pertumbuhan kami, yang meningkatkan keamanan pasokan bahan baku dan memperkuat posisi kami sebagai perusahaan petrokimia terkemuka dan menjadi pilihan di Indonesia," ujar Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Chandra Asri Erwin Ciputra dalam keterangan di Jakarta, Jumat (30/7/2021).

Dia menuturkan jika hasil right issue akan secara signifikan meningkatkan rencana mengembangkan kompleks petrokimia kedua.

Ini seiring dengan langkah perseroan untuk mempercepat pengambilan Final Investment Decision atau FID pada 2022.

Hal itu juga sejalan dengan seruan Presiden Joko Widodo untuk mempromosikan kemandirian dan substitusi impor.

Hasil bersih yang diperoleh akan digunakan untuk pengembangan dan pembangunan kompleks petrokimia terintegrasi kedua perseroan yang berskala global oleh anak perusahaannya, PT Chandra Asri Perkasa (CAP2) yang antara lain akan terdiri dari unit cracker, polymerized olefins serta fasilitas dan utilitas terkait.

Hal itu sejalan dengan strategi CAP untuk memperluas kapasitas produksi dan skala usaha dalam melayani kebutuhan pasar Indonesia.

Total perkiraan investasi Thaioil yang memperoleh 15 persen kepemilikan saham di Chandra Asri setelah right issue, dan SCG Chemicals yang mempertahankan sekitar 30,57 persen dari kepemilikan saham di CAP, mencapai USD 1,3 miliar.

Transaksi tersebut masih mensyaratkan persetujuan regulator yang berlaku, termasuk dari OJK dan diharapkan selesai selambat-lambatnya 30 September 2021 dan akan menjadi salah satu right issue terbesar yang pernah dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Tergantung atas keberhasilan Final Investment Decision (FID) untuk CAP2 yang ditargetkan pada 2022, Thaioil dan SCG Chemicals dapat selanjutnya secara kolektif berinvestasi hingga USD 0,4 miliar.

Metode investasi selanjutnya ditentukan oleh para pihak pada tahap selanjutnya dan tetap tunduk pada persetujuan pemegang saham Chandra Asri serta otoritas pemerintah terkait di Indonesia.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

 

2 dari 2 halaman

Total Investasi

Presiden dan Chief Executive Officer Thaioil Wirat Uanarumit mengatakan investasi di Chandra Asri merupakan langkah penting bagi Thaioil dan langkah strategis untuk memperluas rantai nilai perseroan ke dalam bisnis petrokimia.

"Kemitraan ini juga akan bersinergi dengan kolaborasi komersial antara CAP dan Thaioil dimana Thaioil dapat memasok nafta untuk CAP dari Clean Fuel Project (CFP) senilai USD 4,8 miliar yang dijadwalkan akan selesai pada tahun 2023," ujar Wirat.

Dengan demikian, lanjutnya, hal itu meningkatkan keamanan bahan baku untuk CAP dalam prosesnya. Serta saling menguntungkan baik bagi Chandra Asri maupun Thaioil.

Investasi di CAP2 diproyeksikan sekitar USD 5 miliar. Konstruksi diperkirakan akan memakan waktu empat sampai lima tahun dengan menciptakan 25.000 lapangan pekerjaan selama periode tersebut.

Hal itu akan menggandakan kapasitas produksi perseroan dari saat ini 4,2 juta ton per tahun menjadi lebih dari 8 juta ton per tahun.

Hal itu juga akan membantu memenuhi pertumbuhan permintaan domestik Indonesia yang terus meningkat, mengurangi ketergantungan impor, mengembangkan industri petrokimia hilir lokal, mendukung visi pemerintah untuk Industri 4.0, dan menciptakan karir jangka panjang yang bernilai tinggi.