Liputan6.com, Jakarta Drama dana bantuan penanganan Covid-19 oleh Keluarga Akidi Tio sebesar Rp 2 triliun akhirnya terjawab sudah. Anak bungsu Akidi Tio, Heriyanti ditetapkan sebagai tersangka oleh Polda Sumsel soal dana bantuan tersebut. Ternyata, dana yang dijanjikan Akidi Tio tak jelas.
Heriyanti tiba di Mapolda Sumsel pukul 12.59 WIB dan langsung digiring masuk ke ruang Dir Ditkrimum Polda Sumsel dengan pengawalan ketat sejumlah petugas.
"Status sudah tersangka, inisial H. Sekarang sudah diamankan di Mapolda," kata Ratno Dir Intelkam Polda Sumsel, Kombes Pol Ratno Kuncoro, seperti dikutip dari kanal News Liputan6.com, Senin (2/8/2021).
Advertisement
Ratno menambahkan, sekarang pihaknya sedang menunggu keterangan tim penyidik soal motif apa yang mendorong tersangka membuat kegaduhan ini.
Hari ini, kata Ratno, tim yang dipimpin Kapolda Sumsel telah bekerja dari Senin (26/7) sudah membentuk tim. Pihaknya menggunakan data IT dan Source Intelejen Analysis.
"Ini kejahatan kedua yang pernah dilakukan tersangka," katanya menutup pembicaraan soal pengungkapan kasus bantuan Akidi Tio itu.
Ditelusuri Dahlan Iskan
Sebelumnya, sumbangan yang digadang-gadang jadi yang terbesar ke-2 di dunia setelah Bill Gates ini juga membuat penasaran Mantan Menteri BUMNÂ Dahlan Iskan. Bahkan Dahlan sempat menelusuri kebenaran sumbangan Rp 2 triliun tersebut.
Dalam tulisannya di disway.id, Dahkan mengatakan menghubungi beberapa pengusaha besar untuk menanyakan apakah mereka "tersinggung" oleh Akidi Tio. Hal ini terutama karena tiba-tiba menyumbang Rp 2 triliun untuk penanganan Covid-19.
Berdasarkan keterangannya, sampai Kamis siang (29/7/2021), uang Rp 2 triliun dari Akidi Tio tersebut belum cair.
"Mungkin masih dicari jalan bagaimana cara masuknya ke rekening Kapolda Sumsel. Tapi sampai Kamis siang kemarin juga belum ada tanda-tanda positif," tulis Dahlan di disway.id pada Jumat (30/7/2021).
Ia mengatakan bahwa ada kabar kemungkinan dana sumbangan dari Akidi Tio tersebut cair pada Kamis pukul 15.00 WIB lewat Bank Mandiri. Namun dia tidak berhasil mengecek kebenarannya. "Maka tetap saja selentingan tadi saya anggap hanya kabar burung," katanya.
Namun menurut laporan seorang wartawan di Palembang, kata Dahlan, rumah salah satu anak Akidi yakni Heryanti, dijaga polisi mulai Kamis sore kemarin.
Terlihat ada mobil polisi berhenti di depan rumah. Wartawan diminta menjauh dari jalan depan rumah Heryanti, dan dilarang memotret.
"Laporan lainnya dana Rp 2 triliun itu masih ada di sebuah bank di Singapura. Uang itu tulis media tersebut hasil tabungan Aki sendiri. Di masa hidupnya, sejak dolar masih 4 ribu per dolar AS," jelas Dahlan.
"Itu berarti sejak jauh sebelum krisis moneter tahun 1988. Masuk akal saja. Banyak orang Indonesia yang punya tabungan dolar di Singapura. Lalu menjadi lebih kaya raya setelah krismon. Ketika dolar menjadi 15 ribu per dolar," sambungnya.
Advertisement
Tabungan di Singapura
Maka kalau uang Rp 2 triliun itu benar ada di bank di Singapura, berarti nilainya sekitar SGD 200 juta. Belum jelas apakah bentuknya tabungan, rekening, atau deposito.
Ia pun memuji anak-anak Akidi Tio yang tidak mencairkan uang tersebut. "Saya sampai menduga-duga: apakah Aki meninggalkan surat wasiat-yang juga disimpan di bank itu? Sehingga bank tidak bisa mencairkannya selain sesuai dengan wasiat itu? Adakah wasiatnya berbunyi: ahli waris tidak berhak mencairkannya-kecuali sepenuhnya untuk bantuan sosial?," tulisnya.
Menurut Dahlan, berdasarkan informasi yang didapatkan dari seorang keluarga dokter kepada sumbernya, tabungan Akidi Tio itu melebihi Rp 2 triliun atau tepatnya Rp 16 triliun.
Kendati demikian, Dahlan menyangsikan kebenaran jumlah tabungan tersebut.
"Mengapa saya tidak percaya? Karena angka Rp 16 triliun disebut-sebut terkait dengan tagih-menagih utang. Sang anak ditagih. Yang menagih seorang dokter. Nilai tagihan Rp 3 miliar. Yang ditagih minta mundur terus. Sambil mengatakan ada uang di Singapura Rp 16 triliun," jelasnya.
Menurut keterangannya, si peminjam berani memberikan pinjaman sampai Rp 3 miliar karena pernah menemani anaknya ke Singapura untuk mengurus uang tersebut.
"Agar urusan menarik warisan sang ayah bisa segera terwujud. Si anak berjuang tidak mengenal lelah untuk mengurus warisan itu. Bertahun-tahun dengan biaya yang besar," tulisnya.
Terlepas dari hal itu, kata Dahlan, Akidi adalah orang kaya lama dengan gaya lama pula yakni tidak mau menunjukkan kekayaannya. Memiliki banyak usaha, tentu juga bekerja sama dengan banyak mitra luar negeri.
"Hari-hari esok adalah hari penuh harapan: uang Rp 2 triliun tersebut siapa tahu benar-benar datang," tutup Dahlan Iskan.