Sukses

Rekor! 41 CEO Wanita Masuk Fortune Global 500 Termasuk 2 Wanita Kulit Hitam

Untuk pertama kalinya, dua wanita kulit hitam yaitu Roz Brewer dan Thasunda Brown Duckett berhasil menjabat sebagai CEO pada waktu yang sama.

Liputan6.com, Jakarta Rekor terbaru tercatat dalam Fortune Global 500. Setelah 41 wanita diketahui menjadi CEO perusahaan. Bahkan untuk pertama kalinya, 2 wanita kulit hitam yaitu Roz Brewer dari Walgreens Boots Alliance dan Thasunda Brown Duckett dari TIAA berhasil menjabat sebagai CEO pada waktu yang sama.  

Pada Mei, Duckett bergabung dengan Brewer sebagai satu-satunya wanita kulit hitam yang berada dalam Fortune 500 setelah ia mengambil alih posisi CEO di TIAA dari Roger Ferguson Jr. yang mengundurkan diri.

Sebelum Brewer dan Duckett, CEO Xerox, Ursula Burns adalah wanita kulit hitam pertama yang menempati Fortune 500.

Selain itu, Jane Fraser dari Citi Group berhasil mencetak sejarah sebagai wanita pertama yang memimpin bank besar AS dan Karen Lynch dari CVS Health berhasil mencetak sejarah sebagai CEO dengan peringkat tertinggi yang pernah dipimpin seorang wanita di Fortune 500.

Perusahaan yang bergerak dalam industri farmasi senilai USD 268 miliar (Rp 3.844 triliun) itu menempati urutan ke-4. 

Melansir dari CNBC, Rabu (4/8/2021), peringkat tertinggi CEO wanita dalam Fortune 500 sebelumnya diraih oleh CEO General Motors Mary Barra pada 2014 dengan urutan ke-6. Saat ini, General Motors berada di urutan ke-22.  

Lynch dan Brewer yang menjadi pemimpin perusahaan farmasi terbesar di AS telah memainkan peran penting untuk membantu dalam peluncuran vaksin COVID-19 secara efektif.

2 dari 2 halaman

Keragaman dalam Perusahaan

CEO wanita hanya memegang 8,1 persen dari posisi CEO Fortune 500. Menurut Fortune, adanya keragaman dalam daftar tahun ini terjadi karena perubahan kepemimpinan eksekutif di perusahaan, bisnis baru yang memperoleh pertumbuhan pendapatan di atas USD 5,37 miliar (Rp 76,9 triliun), dan bisnis lama yang jatuh karena penurunan pendapatan.  

CEO Catalyst, perusahaan kesetaraan gender global, Lorraine Hariton berpendapat adanya target dan pengukuran yang jelas untuk meningkatkan representasi perempuan melalui jajaran kepemimpinan senior dan CEO dapat menjadi solusi peningkatan peran wanita di C-suite.  

Hal tersebut sudah diterapkan oleh Adena Friedman dari Nasdaq yang mengusulkan adanya keragaman di perusahaan. Setidaknya terdapat dua anggota dewan yang beragam, seperti anggota dewan perempuan dan anggota dewan yang berasal dari kelompok minoritas.

Nasdaq mengelompokkan kelompok minoritas sebagai orang yang mengidentifikasi dirinya dalam golongan orang kulit hitam atau Afrika-Amerika, Hispanik-Latin, penduduk asli Amerika atau Alaska, penduduk asli Hawaii atau kepulauan pasifik, serta Asia.  

Sebagai salah satu dari banyak wanita kulit hitam yang pernah masuk di Fortune 500, Burns mengatakan kemajuan yang sangat lambat pada keragaman gender dan ras menempatkan perusahaan Amerika pada langkah yang disebut sebagai "Kepatuhan Sukarela."

Ia menjelaskan bahwa jika para pemimpin tidak meningkatkan representasi dengan cepat dan lebih konsisten, target keragaman bisa menjadi satu-satunya jawaban.  

"Ini akan menjadi keadaan yang sangat menyedihkan apabila kita sampai di sana. Jika kita tidak segera melakukannya secara sukarela, saya akan turun ke jalan sambil berkata, 'Ya, kita harus melakukannya,'” jelas Burns.

Reporter: Shania