Sukses

Begini Gambaran Bagaimana Aturan Kerja dari Rumah Mengguncang Ekonomi Amerika

Warga Amerika mulai masuk kembali ke tempat kerja, tetapi sebagian besar kantor masih dikosongkan karena pandemi COVID-19.

Liputan6.com, Jakarta Warga Amerika mulai masuk kembali ke tempat kerja, tetapi sebagian besar kantor masih dikosongkan karena pandemi COVID-19. Hal tersebut memengaruhi perekonomian negara tersebut secara besar-besaran.

Menurut Biro Statistik Tenaga Kerja, jumlah karyawan yang bekerja dari rumah mencapai 42 persen dari tenaga kerja Amerika. Meskipun banyak karyawan yang menyukai hal tersebut, berada di rumah akan menunda pemulihan ekonomi.

Melansir dari CNN, Jumat (6/8/2021), ekonom dari Goldman Sachs, perusahaan perbankan investasi melihat kantor di kota besar AS yang masih beroperasi hanya sekitar sepertiga dari total kantor keseluruhan sebelum pandemi.

Banyak karyawan yang bekerja dari jarak jauh dan tidak menghabiskan uang untuk membeli tiket kereta atau bus yang sangat penting bagi aktivitas perekonomian dalam belanja konsumen dan layanan di AS.

Salah satu contohnya adalah New York sebagai kota yang paling terpukul karena pandemi. Metropolitan Transportation Authority, perusahaan yang bertanggung tawab atas transportasi umum, mencatat bahwa jumlah penumpang kereta bawah tanah tidak mencapai setengah dari jumlah penumpang saat sebelum pandemi.

Sistem transportasi umum menjadi jantung dari kekuatan ekonomi New York. Sebelum pandemi, transportasi umum menghasilkan pendapatan hingga USD 17 miliar (Rp 243,3 triliun). Namun, pengurangan penumpang membuat pendapatan diprediksi menurun.

Metropolitan Transit Authority, layanan bus untuk umum, menerima dana pemerintah sebesar USD 4 miliar (Rp 57,2 triliun).

Meskipun demikian, Kantor Pengawas Keuangan Negara Bagian New York melaporkan jumlah uang yang didapatkan dari penumpang dan tol diperkirakan tidak akan kembali seperti semula hingga 2023.

2 dari 3 halaman

Tidak Hanya Transportasi Umum

Berbagai bisnis yang sering dikunjungi karyawan saat berangkat ke kantor juga mengalami kesulitan.

Bagi Starbucks (SBUX), kehilangan konsumen harian membebani finansial. Pada kuartal terakhir tercatat rata-rata transaksi kopi mencapai 90 persen sebelum pandemi.

“Kami tentu memiliki kemampuan untuk mendatangkan lebih banyak pelanggan, tetapi peluang kami terletak pada frekuensi kedatangan pelanggan itu sendiri,” kata CFO Starbucks, Rachel Ruggeri.

Sebagai raksasa kopi global, Starbucks memiliki daya tahan yang lebih baik daripada kedai kopi lokal lainnya yang lebih kecil.

Sementara itu, Just Salad membuka kembali semua restorannya. CEO Just Salad, Nick Kenner menjelaskan melalui e-mail bahwa bisnisnya terus mengalami peningkatan dan diharapkan segera membaik saat karyawan mulai bekerja di kantor kembali.

3 dari 3 halaman

Terhambatnya Pemulihan

Target untuk bekerja kembali di kantor pada September mendatang tampaknya sangat berbahaya. Pasalnya, COVID-19 varian Delta memiliki penyebaran yang lebih cepat.

Perusahaan teknologi Apple dan Google telah memundurkan jadwal karyawannya untuk bekerja dari kantor.

Selanjutnya, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit mendesak warga Amerika yang sudah divaksin di daerah transmisi tinggi untuk memakai masker di dalam ruangan. Hal tersebut dapat mempersulit kembalinya karyawan untuk bekerja di kantor dan memperlambat fase pemulihan ekonomi.

Cara bekerja untuk semua profesi telah berubah secara permanen. Pekerjaan jarak jauh dan model campuran (hybrid) di kantor memungkinkan menjadi salah satu warisan kebiasaan karena pandemi.

Pandemi menjadi berita buruk bagi wilayah metropolitan dan negara bagian yang sangat bergantung pada sektor jasa, baik itu melalui pekerja maupun wisatawan, termasuk Hawaii, Las Vegas, dan New York. Tempat tersebut tertinggal dari segi pemulihannya.

Reporter: Shania

Video Terkini