Sukses

Kisah Johnny Boufarhat, di Usia 27 Tahun Sukses Bangun Unicorn Startup Virtual Event Bernilai Rp 111 T

Johnny Boufarhat, pendiri startup virtual event bernama Hopin sejak dua tahun lalu sebelum adanya pandemi.

Liputan6.com, Jakarta Momen yang tepat kadang menjadi pembuka kesuksesan. Johnny Boufarhat, pendiri startup virtual event bernama Hopin bisa menjadi contoh, salah satu orang sukses saat pandemi.

Sejak dua tahun lalu sebelum pandemi melanda dunia, dia memulai bisnis virtual event miliknya. Pada saat itu, semua orang masih beraktivitas secara normal dan tidak ada pembatasan sosial.

Kemudian, perubahan aktivitas yang serba daring ini seiring kemunculan pandemi Covid-19, membalikkan bisnisnya.

Pandemi membuat tak sedikit acara-acara besar dan penting harus ditunda terlebih dahulu demi mengurangi penularan virus ini. Alhasil, penggunaan Zoom, Microsoft, hingga Google pun meningkat drastis.

Ledakan penggunaan platform berbasis digital pun terjadi, tidak hanya aplikasi dari perusahaan besar yang baru saja disebutkan, aplikasi milik Johnny seperti Hopin pun terkena imbasnya.

Orang berbondong-bondong dalam waktu bersamaan melakukan peralihan acara secara virtual event. Gelombang permintaan itu melejit tinggi sampai membuat Hopin naik menjadi perusahaan selevel Unicorn

Melansir CNBC dan Sunday Times Rich List, Jumat (6/8/2021), nilai valuasi perusahaannya terus melejit melewati USD 2 miliar pada November 2020. Bahkan kemudian naik lagi menjadi dua kali lipat menembus USD 5,65 miliar pada Maret lalu.

Perwakilan dari Hopin mengatakan mengaku telah mengumpulkan USD 450 juta dalam pendanaan yang diberikan oleh Arena Holdings dan Altimeter Capital. 

Selain itu, suntikan dana terbaru mendorong nilai valuasi perusahaan sebesar USD 7,75 miliar. Oleh karena itu, startup tersebut menjadi salah satu Unicorn teknologi paling berharga di Eropa.

 

2 dari 3 halaman

Sebuah Kesempatan Emas

Di usianya yang sudah menginjak 27 tahun, ia mengatakan bahwa kesuksesan yang ia raih sampai tahap ini merupakan sebuah keberuntungan belaka.

“Saya merasa beruntung. Anda bekerja sangat keras dan membuat keputusan yang membawa perusahaan sampai tahap ini,” ujarnya,

Keputusan yang diambil mungkin menjadi salah satu faktor, tetapi selebihnya perusahaan bisa berjalan karena diiringi sebuah keberuntungan. Pengusaha asal Australia ini mengalami naik turun sebelum akhirnya berada di posisi sekarang.

London, menjadi kota tempat ia merintis bisnisnya sampai saat ini sejak Juni 2019. Ia sempat jatuh sakit karena memiliki riwayat penyakit autoimun. Keberadaannya yang menghabiskan lebih banyak waktu itu di rumah menjadi salah satu pendorongnya.

Platform yang dijalankan perusahaan hingga kini memungkinkan 100 ribu peserta dapat menjalankan acara secara daring, melalui fitur audio pada setiap peserta dan jaringan one-to-one. Hal tersebut terbukti dan digunakan dengan baik setelah kemunculan pandemi.

Sekarang perusahaan telah memiliki 100 ribu pelanggan termasuk American Express dan NATO, sedangkan sekitar 17 juta pengguna sudah mendaftar menggunakan akun mereka masing-masing.

Peningkatan bisnis ini telah membuat Boufarhat dicap sebagai miliarder mandiri dan termuda di Inggris secara tertulis.

Melihat pertumbuhan perusahaannya yang hanya terdiri dari 8 orang saja, sekarang sudah bertambah hingga 800 orang. Cara kerja yang dilakukan juga secara jarak jauh. 

“Beberapa hal harus memang terjadi di luar kendali. Merasa sedih jika berharap COVID-19 tidak pernah terjadi, tetapi adanya pandemi ini jelas pendorong besar bagi perusahaan untuk bertumbuh,” tutup Boufarhat.

 

 

3 dari 3 halaman

Keberlanjutan Perusahaan Dipertanyakan

Hopin telah mengajak kerja sama dengan perusahaan rintisan lainnya seperti platform live streaming Streamyard dan aplikasi video Jamm untuk memperluas jangkauan dari produk yang dimilikinya.

“Selama tiga hingga empat bulan, perusahaan lain pun juga berencana akan meluncurkan dua layanan baru yang berfokus pada kolaborasi dan video digital,” papar Boufarhat mengenai rencana perusahaan kedepan.

Saat ini perusahaan sudah memiliki pendapatan tahunan (APR) sebesar USD 100 juta dan naik USD 70 juta pada bulan Maret hingga November lalu naik lagi sebanyak USD 20 juta.

Annual Percentage Rate (APR) merupakan sebuah metrik yang digunakan banyak perusahaan perangkat lunak untuk menghitung seberapa banyak uang yang dihasilkan dalam setahun.

Meskipun demikian, sekarang perusahaan sedang mengalami kerugian. Hal ini tentunya akan menjadi tantangan untuk meningkatkan pertumbuhan dari perusahaan dengan mempriotasikkan pada peningkatan pendapatan.

“Seiring kita memiliki perusahaan yang mapan, kita akan melewati pertumbuhan yang sangat cepat. Kemudian, akan muncul kembali saat kita meluncurkan produk baru,” ujarnya.

Reporter: Caroline Saskia