Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina Hulu (Persero) telah resmi mengambil alih kelola Blok Rokan dari PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) pada Senin (9/8/2021) kemarin. Negara harus menunggu selama 97 tahun untuk bisa mengambil hak kelola Blok Rokan yang selama itu dikuasai Chevron asal Amerika Serikat (AS).
Kesuksesan ini dinilai banyak pihak penting lantaran Blok Rokan jadi penyumbang produksi minyak terbesar kedua di Indonesia. Meski angka produksinya turun sekitar 165 ribu barel per hari atau 24 persen produksi minyak nasional, namun potensinya dinilai masih menjanjikan.
Mengutip berbagai sumber, Selasa (10/8/2021), Blok Rokan ditemukan sejak era Kolonial Belanda pada 1924 oleh Chevron yang kala itu masih bernama Caltex. Namun Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 2018 memutuskan untuk mengambil pengelolaan minyak dan gas (migas) jadi milik negara.
Advertisement
Akhirnya Pertamina melalui Pertamina Hulu Rokan (PHR) ditugasi menjadi operator Blok Rokan seluas 6.264 km2 selama 20 tahun, terhitung sejak 9 Agustus 2021 hingga 2041.
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Kementerian Keuangan sempat memperkirakan, Blok Rokan menyimpan Rp 97,78 triliun aset negara. Itu setara 20 persen dari total barang milik negara (BMN) sektor hulu migas senilai Rp 497,62 triliun pada 2018.
Pasca mengambil alih hak kelola, Pertamina mengucurkan USD 70 miliar atau sekitar Rp 1.008 triliun hingga 2041 untuk mengelola Wilayah Kerja (WK) Migas Blok Rokan.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
2 Lapangan Migas
Blok Rokan sendiri memiliki dua penghasil minyak raksasa, Lapangan Duri dan Lapangan Minas. Bahkan Lapangan Minas yang telah memproduksi hingga sekitar 4,5 miliar barel minyak sejak periode 1970 dianggap sebagai lapangan minyak terbesar di Asia Tenggara.
Untuk program pemboran, Pertamina Hulu Rokan akan melakukan pemboran 84 sumur minyak dan rencana program Chevron yang akan di-carry over ke PHR sebanyak 77 sumur. Sehingga total Pertamina akan membor 161 sumur hingga akhir 2021.
Di sisi lain, guna mendukung kelancaran kegiatan pemboran, sebanyak 291 kontrak dilakukan proses mirroring dan telah selesai 100 persen. Selain itu, sebanyak 60 kontrak baru untuk kebutuhan pre-EOC telah awarded dengan status progres 100 persen.
Kemudian, PHR juga melibatkan sumber daya lokal dengan program Local Business Development (LBD). Sebanyak 264 kontrak telah disiapkan dengan melibatkan sedikitnya 690 vendor lokal yang masuk dalam program LBD tersebut.
Namun, bukan berarti Pertamina/PHR akan mengabaikan eks pekerja Chevron dalam pengelolaan Blok Rokan. Pertamina akan mengambil alih 2.757 pekerja Chevron di Blok Rokan.
Advertisement