Liputan6.com, Jakarta - Harga emas kembali menguat pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Pendorong kenaikan harga emas ini karena penurunan imbal hasil obligasi AS sehingga investor mulai memburu aset-aset safe haven termasuk emas.
Selain itu, kekhawatiran akan merebaknya kembali virus Covid-19 juga menjadi alasan kenaikan harga emas pada perdagangan di awal pekan ini. Investor mulai melepas aset-aset berisiko tinggi dan beralih ke emas.
Baca Juga
Saat ini, investor tengah menunggu sinyal dari Bank Sentral AS arau the Federal Reserve (the Fed) mengenai arah kebijakan ke depannya.
Advertisement
Mengutip CNBC, Selasa (17/8/2021), harga emas di pasar spot naik 0,5 persen menjadi USD 1.787,76 per ounce pada pukul 14.40 GMT. Sedangkan harga emas berjangka AS naik 0,6 persen menjadi USD 1.788,10 per ounce.
Sebelum kenaikan pada perdagangan Senin, harga emas juga sudah melonjak lebih dari 1 persen pada perdagangan Jumat lalu. Kenaikan tersebut setelah data menunjukkan sentimen konsumen AS anjlok pada Agustus.
Sedangkan pembelian logam mulia atau emas akibat sentimen dari pandemi Covid-19 terjadi di Eropa. Hal tersebut diungkapkan oleh analis dari TD Securities Daniel Ghali.
“Kami melihat akibat sentimen itu maka harga emas mengalami tekanan yang sukup signifikan. Sejumlah besar posisi short terakumulasi," kata Ghali.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Harga Emas Bisa Tembus USD 1.800 per Ounce di Pekan Ini?
Sebelumnya, dikutip dari Kitco pada Sabtu (14/8/2021), pergerakan cepat USD 100 sangat fluktuatif untuk ruang logam mulia. Menurut analis, hal ini karena terlihat adanya ketertarikan kembali di tengah beberapa kekecewaan pada data ekonomi.
Pada Jumat (13/8/2021), harga emas melambung lebih dari USD 25 seiring Consumer Sentiment Index dari University of Michigan yang mengecewakan, turun menjadi 70,2. Hal ini menyebabkan aksi jual dolar AS dan penurunan imbal hasil Treasury AS, yang menjadi sangat positif untuk emas.
"Dolar AS jatuh dengan indeks turun menjadi 92,5, dan penurunan signifikan dalam imbal hasil 10 dan 30 tahun. Pasar sedikit khawatir dengan ekonomi dan varian Delta yang menyebar," kata Kepala Strategi Global TD Securities, Bart Melek, dikutip dari Kitco pada Senin (16/8/2021).
Melek pun melihat USD 1.784 sebagai level resistance berikutnya bagi emas.
"Kita memiliki posisi pendek dalam emas dan mengambil keuntungan di USD 1.707. Pandangan umum saya tentang emas sekarang adalah kita akan melihat lebih banyak kekuatan karena harga akan tetap akomodatif," kata Melek.
Advertisement