Liputan6.com, Jakarta Restrukturisasi dinilai bisa membuat PT Pertamina (Persero) lebih fokus dan lincah, yang kemudian berdampak terhadap kinerja positif perusahaan pelat merah itu.
Ini diungkapkan Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan. Dikatakan salah satu bentuk hal ini adalah perolehan laba dan masuknya Pertamina dalam Fortune Global 500.
Baca Juga
"Pembentukan subholding membuat Pertamina lebih fokus dan lincah. Raihan laba Rp 15 triliun dan juga keberhasilan masuk Fortune Global 500 merupakan dampak dari restrukturisasi," kata dia seperti melansir Antara, Selasa (17/8/2021).
Advertisement
Dia menilai Pertamina bisa melakukan perubahan, efisiensi, dan juga skala priotas terhadap pekerjaan. Dalam hal ini, subholding membuat semua menjadi fokus terhadap fungsi masing-masing bidang.
Dia mengingatkan jika kinerja Pertamina yang baik tersebut dicapai ketika kebanyakan perusahaan migas dunia merugi akibat pandemi
Melalui restrukturisasi, Pertamina memang lebih fokus pada bidang masing-masing. Misalnya Commercial and Trading Subholding fokus pada peningkatan penjualan dan revenue perusahaan.
Begitu pula upstream subholding yang fokus pada lifting dan peningkatan produksi. Sedangkan Power & NRE Subholding, fokus untuk lakukan inovasi dan kajian sehingga Pertamina tidak lagi sebagai perusahaan migas, tetapi perusahaan energi. "Jadi, semua fokus pada bidangnya dan tidak terganggu kebijakan-kebijakan lain," ujar dia.
Bahkan, dengan restrukturisasi, masing-masing subholding juga bisa menjalankan penugasan pemerintah dengan baik sambil menjalankan misi perusahaan untuk meraih laba.
PGN, misalnya, bisa menjalankan fungsinya terkait penugasan untuk menjual gas kepada konsumen industri tertentu dengan harga maksimal 6 dolar AS per MMBTU. "Tetapi di sisi lain, PGN juga harus fokus untuk mendapatkan keuntungan," jelasnya.
Â
Dilakukan Perusahaan Lain
Restrukturisasi juga membuat masing-masing subholding lebih leluasa menjalankan kebijakan Pertamina.
Kondisi demikian, menjadikan Pertamina lebih lincah dan lebih cepat membuat keputusan pada level operasional.
"Lebih cepat dan tidak bertele-tele karena keputusan langsung dari direktur subholding tanpa harus menunggu dari persero," kata dia.
Restrukturisasi semacam itu, kata dia, memang jamak dilakukan di berbagai perusahaan migas dunia. Karena faktanya, banyak industri migas yang menerapkan pola subholding dan pada akhirnya menunjukkan keberhasilan. Sebut saja Petronas, BP, dan bahkan Petrovietnam.
"Bahkan, Petronas sudah IPO untuk anak perusahaan di bidang perkapalan. Jadi ini sudah 'clear' dan Pertamina bisa belajar dari kisah sukses tersebut," kata dia.
Advertisement