Liputan6.com, Jakarta Mainan pistol Nerf, permen pelega tenggorokan, sampo, cookies, dan ribuan produk lainnya yang dijual di Amazon menyelamatkan hidup Larry Lubarsky dari lilitan utang sebesar USD 100 ribu (Rp 1,4 miliar).
Bahkan dia pernah menghasilkan USD 18 juta (Rp 258,8 miliar) pada 2017 lalu dari hasil penjualan ribuan produknya.
Baca Juga
Lubarsky adalah seorang siswa putus sekolah yang tinggal bersama sang ibu. Dia tidak memiliki uang tabungan bahkan terlilit utang.
Advertisement
Melansir dari CNBC, Rabu (25/8/2021), Lubarsky kemudian memutuskan mulai berdagang, di salah satu platform.
Dia membeli produk, seperti elektronik, perlengkapan kecantikan, atau mainan dalam jumlah besar. Kemudian menjualnya kembali di Amazon untuk mendapatkan keuntungan sebagai pihak ketiga.
Saat melihat mainan pistol Nerf dijual seharga USD 20 (Rp 287 ribu) per buah di Amazon, Lubarsky kemudian membeli ratusan atau ribuan mainan serupa seharga USD 10 (Rp 143 ribu) per buah.
Dia kemudian menjualnya di Amazon dengan mengambil keuntungan sebesar USD 5 (Rp 71 ribu) per mainan.
Bisnis Lubarsky terus berkembang. Bahkan dia memiliki hampir 3.000 total produk terdaftar di Amazon pada waktu-waktu tertentu. Rata-rata, ia bisa menjual 1.500 hingga 2.000 pesanan per hari di AS dan Eropa.
Awal Mula Merintis Bisnis Pribadi
Lahir dan dibesarkan di Brooklyn, Lubarsky keluar dari sekolah menengah atas untuk menjadi broker saham saat berusia 17 tahun.
Meskipun telah menghabiskan lebih dari satu dekade untuk menjual saham, krisis keuangan pada 2008 membuatnya memiliki utang lebih dari USD 100 ribu (Rp 1,4 miliar).
Ia mencari pekerjaan yang bisa ditemukan di restoran pizza dan bisnis lokal lainnya. Pendapatan sebesar USD 500 (Rp 7,1 juta) dalam seminggu digunakan untuk membayar tagihan dan mulai melunasi utang.
Salah seorang teman Lubarsky yang memiliki toko optik di Brooklyn memperkerjakannya untuk menjawab telepon masuk dengan bayaran sebesar USD 500 (Rp 7,1 juta) per minggu pada 2012.
Temannya juga memiliki bisnis sampingan untuk menjual kacamata hitam dan kacamata grosir di Amazon sebagai pihak ketiga.
Bahkan, Lubarsky membantu temannya memperluas bisnis ke Amazon UK dan menjalankannya dengan mengambil sedikit dari keuntungan yang didapatkan. Hanya dalam setahun, bisnis yang dipegang Lubarsky menghasilkan beberapa juta dolar.
Peluang dalam merintis bisnis di Amazon itu membuat Lubarsky bangkit kembali. Akhirnya, ia berhasil menyewa apartemen sendiri di Brooklyn dan menggunakan keahliannya yang baru untuk meluncurkan bisnis Amazon pribadi pada 2014.
Modal menjadi satu-satunya hal yang dibutuhkan untuk merintis bisnis. Jadi, Lubarsky mengajukan idenya kepada beberapa teman untuk menginvestasikan USD 60 ribu (Rp 862,7 juta).
Uang sebesar USD 10 ribu (Rp 143,7 juta) dihabiskan untuk membeli perlengkapan pengiriman dan penyewaan sebuah rumah kecil dengan satu kamar tidur di Brooklyn. Lubarsky mulai bekerja di luar garasi.
Lalu, sisa uangnya digunakan untuk membeli persediaan produk tahap pertama yaitu hampir 100 produk grosir yang berbeda, didominasi produk kesehatan dan perawatan pribadi. Menurutnya, produk tersebut akan terjual dengan baik berdasarkan pengalamannya saat berjualan di Amazon dulu.
“Kami membeli produk sebesar USD 50 ribu (Rp 719 juta). Produk dijual setidaknya dalam 60-90 hari. Uang sebesar USD 50 ribu (Rp 719 juta) tadi akan kembali kepada kami menjadi USD 70 ribu (Rp 1 miliar),” kata Lubarsky.
Advertisement
Seluruh Hasil Penjualan Digunakan untuk Investasi
Lubarsky akan mengambil seluruh hasil penjualan tersebut untuk melakukan investasi kembali kepada lebih banyak pembelian produk.
“Ketika memulai bisnis, kami tidak membayar diri sendiri. Kami juga tidak mengambil satu dolar pun selama lebih dari satu setengah tahun. Kami terus menjual barang, mengambil uangnya, menginvestasikannya kembali ke produk baru,” tambah Lubarsky.
Sebagian besar pengiriman dan pengepakan barang dilakukan langsung oleh Lubarsky dan rekannya. Mereka juga bekerja selama seminggu penuh agar bisnis tetap berjalan.
Saat arus kas bisnisnya mulai stabil, Lubarsky mulai membayar satu pekerja tambahan. Pada 2018, Lubarsky sudah memiliki 10 orang pekerja yang bekerja di gudang seluas 4.400 meter persegi itu.
Strateginya untuk mengalihkan seluruh hasil penjualan menjadi modal dalam membeli produk baru membuat bisnis Lubarsky terus bertumbuh. Ia mampu menghasilkan USD 3 juta (Rp 43,1 miliar) dan USD 4 juta (Rp 57,5 miliar) dalam setahun pertama.
Produk paling populer yang dijual Lubarsky terdiri dari lima kategori, yaitu elektronik, produk kecantikan, bahan makanan, mainan, dan produk kesehatan. Saat memutuskan pembelian produk, hal pertama yang akan dilakukan Lubarsky adalah memeriksa situs Amazon's Fulfillment terlebih dahulu.
Situs tersebut adalah peringkat produk terlaris yang akan digunakan Lubarsky agar mendapatkan gambaran tentang kecepatan penjualan produk. Ia juga tidak akan mempertimbangkan penjualan produk yang berada di luar peringkat teratas karena berpotensi tidak diminati pembeli.
Hal kedua yang dilakukan Lubarsky adalah mempertimbangkan pengembalian yang diharapkan atas investasi yang dilakukan (ROI).
“Saya mencari ROI minimal 30 persen. Jika saya membelanjakan USD 10 (Rp 143 ribu) untuk sebuah produk, saya ingin mendapatkan kembali keuntungan setidaknya USD 3 (Rp 43 ribu).”
Kemudian, hal terakhir yang dilakukan Lubarsky adalah tidak akan membeli produk kecuali saat mendapatkan keuntungan minimal USD 3 (Rp 43 ribu). Apabila tidak mendapatkan USD 3 (Rp 43 ribu), marginnya akan menjadi terlalu kecil dan tidak sepadan dengan waktu dan usaha yang dihabiskan.
Membuka Bisnis di Amazon Bukan Pekerjaan Mudah
Bisnis yang sukses membuat hidup Lubarsky berubah sepenuhnya. Namun, ia tidak ingin memberi kesan bahwa menghasilkan jutaan di Amazon adalah pekerjaan yang mudah.
Membuka bisnis di Amazon tidak menjadi jalan pintas untuk kaya atau sesuatu yang menjadi penghasilan pasif saat Anda hanya bekerja sekitar satu hingga dua jam dalam sehari atau seminggu melalui laptop.
Labersky berpendapat, “Menjual di Amazon adalah sebuah bisnis yang luar biasa. Akan tetapi, sama seperti bisnis apa pun, ini adalah bisnis nyata yang membutuhkan kerja, membutuhkan usaha. Saya sering membandingkan bisnis Amazon milik saya dengan orang lain yang membuka bisnis fisik. Ini membutuhkan kerja, investasi, waktu, kesabaran. Ada sejuta hal yang bisa berjalan dengan tidak tepat, tetapi bagi orang yang mau bekerja, saya pikir ini adalah bisnis yang luar biasa.”
Reporter: Shania
Advertisement