Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa nilai tukar Rupiah menguat. Nilai tukar Rupiah pada 18 Agustus 2021 menguat 0,89 persen secara rerata, dan 0,63 persen secara point to point dibandingkan dengan level Juli 2021.
"Nilai tukar Rupiah menguat didukung langkah-langkah stabilisasi Bank Indonesia dan berlanjutnya aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik," ungkap Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur pada Kamis (19/5/2021).
Baca Juga
Dijelaskannya, penguatan nilai tukar Rupiah didorong oleh peningkatan aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik. Hal ini seiring dengan menurunnya ketidakpastian pasar keuangan global dan persepsi positif investor terhadap prospek perbaikan perekonomian domestik.
Advertisement
Dari perkembangan tersebut, Rupiah sampai dengan 18 Agustus 2021 mencatat depresiasi sekitar 2,24 persen (ytd) dibandingkan dengan level akhir 2020. Ini disebut relatif lebih rendah dibandingkan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti Filipina, Malaysia, dan Thailand.
Perry mengatakan BI akan terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah. Hal ini antara lain dilakukan melalui operasi moneter dan ketersediaan likuiditas di pasar.
"Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamentalnya dan bekerjanya mekanisme pasar, melalui efektivitas operasi moneter dan ketersediaan likuiditas di pasar," ungkap Perry.
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Rupiah Melemah Menanti Kebijakan Stimulus The Fed
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada perdagangan Kamis ini. Rupiah berpotensi terus melemah dipicu ekspektasi pelaku pasar terhadap bank sentral Amerika Serikat The Fed yang diperkirakan akan melakukan penarikan stimulus atau tapering.
Mengutip Bloomberg, Kamis (19/8/2021), rupiah dibuka di angka 14.410 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.372 per dolar AS. Menjelang siang, rupiah terus melemah ke level 14.412 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.400 per dolar AS hingga 14.412 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 2,56 persen.
Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis berpotensi melemah dipicu ekspektasi pelaku pasar terhadap bank sentral Amerika Serikat The Fed yang diperkirakan akan melakukan penarikan stimulus atau tapering.
"Rupiah mungkin bisa melemah terhadap dolar AS hari ini karena pasar kembali mengantisipasi kemungkinan tapering di akhir tahun ini," kata Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra dikutip dari Antara, Kamis (19/8/2021).
Setelah notulen rapat kebijakan moneter The Fed dirilis dini hari tadi, dolar AS terlihat menguat terhadap mata uang utama dunia dan mata uang regional.
Dari notulen tersebut, pasar melihat ada kemungkinan The Fed mulai mengurangi kebijakan pembelian obligasi mulai tahun ini.
"Ini artinya likuiditas dolar mulai ditarik dari pasar keuangan dan bisa mendorong penguatan dolar AS," ujar Ariston.
Selain itu, lanjut Ariston, tekanan terhadap rupiah juga bisa dari kekhawatiran pasar terhadap kenaikan kasus COVID-19 di dunia akibat varian delta yang kurvanya belum ada tanda penurunan.
"Namun di sisi lain, surplus neraca perdagangan RI bulan Juli yang di atas 2 miliar dolar AS mungkin bisa menahan pelemahan nilai tukar rupiah hari ini," kata Ariston.
Advertisement