Liputan6.com, Jakarta - Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Mohammad Faisal, menyoroti dampak dari pengetatan kebijakan moneter atau tapering off the Fed atau bank sentral Amerika Serikat (AS), yang kemungkinan bisa dipercepat di 2021.
Berkaca pada pengalaman terdahulu, Faisal menganggap dampak dari kebijakan tersebut akan dirasakan secara bertahap. Sehingga tapering off tidak akan terlalu menekan nilai tukar rupiah hingga capital outflow secara drastis.
Di sisi lain, ia pun menilai Bank Indonesia (BI) bisa jadi juru selamat dengan cadangan devisa yang mengalami penguatan hingga USD 137,3 miliar pada Juli 2021.
Advertisement
"Jadi artinya kalau dia tidak drastis, kemampuan untuk meredam dampaknya juga bisa lebih memungkinkan. Apalagi kalau kita melihat kondisi BI sekarang dari sisi cadangan devisa kan besar, meningkat. Terakhir Juli USD 137 miliar, setara 8-9 bulan impor," terangnya, Jumat (20/8/2021).
Artinya, Faisal melanjutkan, jika nanti ada tekanan terhadap rupiah karena adanya tapering off tahap awal, maka itu bisa diintervensi BI dengan kembali mempertahankan suku bunga acuan di level 3,5 persen.
"Jadi dengan intervensi lewat penggelontoran cadangan devisa yang masih banyak, yang sekarang cukup aman," ujar Faisal.
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Psikologis Investor
Namun, Faisal memberi catatan, dampak tapering off juga bergantung kepada respons daripada pasar. Sebab, ia menambahkan, kebijakan tersebut bisa saja mempengaruhi psikologis investor yang menyebabkan terjadinya aliran keluar modal asing atau capital outflow.
"Ada istilah creating behaviour itu adalah jika sudah tersulut dampak psikologis satu investor keluar kemudian diikuti dengan yang lain, ini malah yang tekanannya bisa sangat besar sekali terhadap rupiah, dan ini nanti dampaknya ke mana-mana," tuturnya.
Â
Â
Advertisement