Liputan6.com, Jakarta Zimbabwe akan menggunakan lebih dari setengah dana pinjaman IMF yang nilainya mencapai USD 961 juta (Rp 13,85 triliun).
Ini merupakan dana yang dialokasikan Dana Moneter Internasional (IMF) dalam bentuk hak penarikan khusus untuk mendukung mata uang negara tersebut.
Melansir dari Al Jazeera, Kamis (26/8/2021), nilai mata uang Zimbabwe kini diperdagangkan 85,82 terhadap Dolar AS. Nilainya bahkan lebih rendah di pasar gelap. Penurunan mata uang menyulitkan pemerintah mendorong perekonomian.
Advertisement
Pemerintah telah meninggalkan standar 1 banding 1 antara pendahulu dolar Zimbabwe yang pernah digunakan pada 2019.
Menteri Keuangan Zimbabwe Mthuli Ncube mengatakan bahwa upaya pemerintah meningkatkan nilai mata uang melalui kucuran dana Rp 7,20 triliun.
Afrika Selatan telah meninggalkan dolar Zimbabwe pada 2019 seiring terjadinya lonjakan inflasi hingga 500 miliar persen.
Sementara itu, menurut IMF, mereka telah melegalkan perdagangan dari beberapa mata uang termasuk dolar AS dan rand Afrika Selatan.
Upaya Menggerakkan Roda Perekonomian
Hak penarikan khusus (Special Drawing Rights) IMF untuk yang tersisa akan digunakan untuk mendukung akuisisi vaksinasi COVID-19, investasi sekolah, rumah sakit, infrastruktur jalan, dan prioritas lainnya.
Dana yang dialokasikan nantinya akan kembali disiapkan untuk membantu produsen dan perusahaan pertambangan membeli peralatan baru. Upaya-upaya tersebut akan diterapkan guna menghidupkan kembali industri di negara.
“Bantuan ini untuk menghidupkan kembali industri hortikultura dengan mendorong budidaya mawar, kacang macadamia, dan blueberry,” ujar Nuche.
IMF menyuntikkan aset cadangan senilai USD 650 miliar untuk membangun kepercayaan dan mendorong ketahanan dan stabilitas dalam ekonomi global setelah kehancuran yang disebabkan oleh pandemi virus corona.
Cadangan dialokasikan untuk semua 190 anggota dana, dengan sekitar 70 persen untuk Kelompok 20 ekonomi terbesar dan hanya 3 persen untuk negara-negara berpenghasilan rendah.
Cadangan ini nantinya akan disalurkan kepada 190 anggota yang meminjam modal yaitu sekitar 70 persen. Dengan syarat peminjaman dana tersebut termasuk ke dalam kelompok 20 ekonomi terbesar dan hanya 3 persen untuk negara-negara berpenghasilan rendah.
Meskipun demikian, Zimbabwe tidak akan menggunakan cadangan asetnya untuk membayar utang luar negeri sebesar USD 8 miliar.
Padahal tunggakan yang dimiliki dapat menghambat negara secara tidak langsung untuk meminjam lebih banyak uang dari pinjaman multilateral.
Menanggapi hal ini, Ncube membenarkan pernyataan tersebut dan mengatakan bahwa pemerintah sedang mempertimbangkan untuk meminjam uang dari kreditur swasta untuk memberi kompensasi kepada para petani kulit putih.
Reporter: Caroline Saskia
Advertisement