Nilai mata uang rupiah makin mengalami tekanan yang dalam terhadap dolar AS. Belum ada sentimen positif yang bisa bikin rupiah perkasa.
Pada perdagangan Kamis pukul 09.58 WIB, Kamis (6/12/2012) rupiah melemah hingga 21 poin ke level 9.616 per dolar AS.
Pelaku pasar kini memasang atas (resisten) ke level 9.640 per dolar AS. Jika batas atas itu tembus dikhawatirkan rupiah akan mudah jebol ke level 9.650 per dolar AS.
Pelaku pasar menilai Bank Indonesia akan melakukan intervensi ke pasar karena kalau tidak rupiah akan terus melemah hingga akhir tahun.
Menurut Reza Priyambada dari Trust Securities masih beragamnya sentimen negatif akan membuat rupiah susah menguat. Rupiah paling bagus akan stagnan.
Dari dalam negeri sendiri tidak ada berita positif yang mengangkat rupiah karena sentimen defisit perdagangan yang mencapai US$ 1,54 miliar hingga Oktober 2012. Kondisi ini memicu makin sedikitnya dolar AS yang masuk sementara disisi lain makin banyak dolar AS yang keluar.
Sentimen eksternal yang masih menjadi perhatian pelaku pasar adalah Presiden Obama yang mengisyaratkan sulitnya solusi penyelesaian jurang fiskal (fiscal cliff) yang bisa mengakomodasi keinginan Kongres dan Pemerintah. Sehingga beredar spekulasi, negosiasi akan berlanjut hingga awal tahun depan dan pasar merasa khawatir atas efeknya nanti.
Selain itu, penurunan pertumbuhan ekonomi Australia dan HSBC Service PMI China. Penurunan GDP Australia masih terkait dengan Bank Sentral Australia (RBA) yang sebelumnya memangkas suku bunga acuannya 25 basis poin menjadi 3% sehingga menjadi tekanan negatif bagi mata uang Asia.
Investor juga sedang menunggu berita segar dari hasil pertemuan The Fed pada minggu depan. (IGW)
Pada perdagangan Kamis pukul 09.58 WIB, Kamis (6/12/2012) rupiah melemah hingga 21 poin ke level 9.616 per dolar AS.
Pelaku pasar kini memasang atas (resisten) ke level 9.640 per dolar AS. Jika batas atas itu tembus dikhawatirkan rupiah akan mudah jebol ke level 9.650 per dolar AS.
Pelaku pasar menilai Bank Indonesia akan melakukan intervensi ke pasar karena kalau tidak rupiah akan terus melemah hingga akhir tahun.
Menurut Reza Priyambada dari Trust Securities masih beragamnya sentimen negatif akan membuat rupiah susah menguat. Rupiah paling bagus akan stagnan.
Dari dalam negeri sendiri tidak ada berita positif yang mengangkat rupiah karena sentimen defisit perdagangan yang mencapai US$ 1,54 miliar hingga Oktober 2012. Kondisi ini memicu makin sedikitnya dolar AS yang masuk sementara disisi lain makin banyak dolar AS yang keluar.
Sentimen eksternal yang masih menjadi perhatian pelaku pasar adalah Presiden Obama yang mengisyaratkan sulitnya solusi penyelesaian jurang fiskal (fiscal cliff) yang bisa mengakomodasi keinginan Kongres dan Pemerintah. Sehingga beredar spekulasi, negosiasi akan berlanjut hingga awal tahun depan dan pasar merasa khawatir atas efeknya nanti.
Selain itu, penurunan pertumbuhan ekonomi Australia dan HSBC Service PMI China. Penurunan GDP Australia masih terkait dengan Bank Sentral Australia (RBA) yang sebelumnya memangkas suku bunga acuannya 25 basis poin menjadi 3% sehingga menjadi tekanan negatif bagi mata uang Asia.
Investor juga sedang menunggu berita segar dari hasil pertemuan The Fed pada minggu depan. (IGW)