Sukses

Kelangkaan Kontainer Diprediksi Masih Terjadi hingga Akhir 2021

Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) mengungkapkan penyebab kelangkaan kontainer

Liputan6.com, Jakarta Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) mengungkapkan penyebab kelangkaan kontainer untuk ekspor di pelabuhan di Indonesia karena imbas Covid-19. Ketua Umum ALFI, Yukki Nugrahawan Hanafi bahkan menaksir kelangkaan ini terjadi hingga akhir tahun.

Yukki mengatakan, bahwa sebelumnya ia juga pernah memprediksi kelangkaan kontainer untuk ekspor sejak Agustus 2020. Ia memprediksi akan selesai pada Juni 2021, namun, lonjakan kasus yang terjadi di Indonesia dan beberapa negara lainnya menyebabkan kelangkaan terjadi kembali.

“Perkiraan saya, dulu saya waktu agustus 2020 saya pernah bilang, kemungkinan akan selesai Juni tahun ini, tapi ternyata juni pun meleset. Soal covid-19 ini kan susah diprediksi juga, perkiraan bisa di akhir awal tahun 2022. Kita harus punya cara-cara untuk membantu ini,” katanya saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (31/8/2021).

Ia menerangkan bahwa kelangkaan kontainer tersebut telah terjadi sejak lama, faktor utamanya karena adanya pembatasan yang dilakukan oleh negara karena Covid-19. Misalnya, kata dia, awalnya ketika China membatasi akses.

Kemudian, Amerika Serikat yang juga sebagai pemain ekspor-impor membatasi akses di pelabuhannya karena sedang berupaya membatasi mobilisasi.

“Imbasnya jadi ada penumpukan kapal di pelabuhan-pelabuhan, itu yang jadi kendala, jadi kontainer-kontainer kosong itu tidak cepat kembali ke daerah Asia-Pasifik termasuk Indonesia,” katanya.

Menurut kajian yang dilakukannya, kelangkaan kontainer juga terjadi saat awal tahun karena tahun baru dan tahun baru imlek. Pada saat itu permintaan kontainer meningkat namun kembali lagi reposisi kontainer kosong kembali jadi isu karena stok yang tak ada.

Kemudian, kejadian di terusan Suez membuat 300 kapal tersendat yang juga menurut Yukki berdampak pada kelangkaan kontainer. Kemudian, minggu lalu di Ningbo, China juga pemerintah setempat memberlakukan lockdown termasuk pelabuhan yang mengakibatkan 360 kapal antri.

“Yang tentunya ini akan berdampak pada kegiatan kita. Satu sisi kita beruntung dan bagus neraca perdagangan kita ini positif,” katanya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Keterbukaan Informasi dan Fokus Komoditi

Lebih lanjut Yukki menegaskan untuk bisa keluar dari kondisi kelangkaan tersebut, ada dua poin yang perlu jadi perhatian, yakni keterbukaan informasi dan fokus komoditi ekspor.

Pada keterbukaan informasi, ia menyoroti terkait ruang kapal yang tersedia, dengan demikian ini diperlukan kerja sama internasional dengan seluruh pemangku kepentingan.

“Yang jadi isu sekarang juga bahasannya diharapkan keterbukaan dari pelayaran internasional untuk bisa memberikan informasi ruang kapal internasional,” katanya.

Dengan keterbukaan informasi tersebut, dengan demikian para eksportir bisa lebih cepat mengetahui informasi ruang kapal dan bisa segera memesannya. Yukki mengatakan, saat ini juga terjadi fenomena bahwa ruang kapal sendiri menjadi rebutan.

Pasalnya, ekonomi di beberapa negara yang merangkak naik tidak berjalan beriringan. Artinya, ada perbedaan pembatasan di negara-negara pelaku ekspor-impor.

Kemudian, pada sektor UMKM yang terdampak dalam melakukan ekspor, Yukki menegaskan perlu dipastikan lebih dulu komoditas apa yang jadi prioritas. Menurutnya dengan begitu akan memudahkan eksportir mendapatkan ruang untuk mengirim produknya ke luar negeri.

Pada hal ini, ia juga meminta pemerintah untuk turut serta ikut andil dalam mengatur regulasinya dan menentukan komoditas ekspor yang bisa mengangkat devisa negara. Ia mencontohkan, dalam penggunaan kontainer di sektor logistik laut, misalnya hanya diperuntukkan bagi barang jadi.

“Harus ada sinergi karena pemerintah harus membantu, tentu pemerintah bisa komunikasikan (ke para eksportir). Biar semuanya mix and match. Lagi-lagi database UMKM ini sangat penting,” katanya.

Ia juga meminta adanya sinergi antara pelaku eksportir di kelas UMKM agar lebih mudah mendapatkan kontainer dan ruang di kapal. Hal ini juga jadi upaya agar mendapatkan kontainer lebih murah.

“Misalnya, langsung pesan per 1000 kontainer, kan beda negosiasinya dengan hanya pesan 10 kontainer, harganya bisa jadi lebih murah,” kata Yukki.