Liputan6.com, Jakarta CEO Theranos Elizabeth Holmes pernah didaulat menjadi miliarder wanita termuda di Amerika. Namun kini, dia menjadi terdakwa karena dituduh melakukan penipuan kepada investor dan kliennya.
Jika terbukti bersalah, ia terancam hukuman 20 tahun penjara. Holmes tidak hanya dituduh menipu investor ratusan juta dolar, tetapi juga membahayakan ribuan nyawa kliennya.
Baca Juga
Menurut jadwal persidangan, pernyataan terbuka diselenggarakan pada 8 September 2021 mendatang dan diperkirakan berlangsung selama 13 minggu.
Advertisement
Melansir dari CNBC, Kamis (2/9/2021), kasusnya bermula saat Holmes mulai menjalankan ratusan tes laboratorium di Theranos, startup teknologi yang bergerak dalam bidang kesehatan, untuk mendeteksi penyakit melalui setetes sampel darah dari tusukan jari.
Dia memiliki ide agar tes darah menjadi lebih murah, nyaman, dan dapat diakses konsumen. Namun, bisnis Holmes perlahan hancur setelah reporter Wall Street Journal, John Carreyrou menerbitkan sejumlah laporan yang mengungkapkan kekurangan dan ketidakakuratan dari teknologi Theranos.
Kliennya diberi hasil tes yang tidak akurat mengenai kondisi mereka, seperti HIV, kanker, dan keguguran.
“Ia melakukan komersialisasi pada produk medis yang sudah diketahui tidak berfungsi. Mesinnya hanya melakukan beberapa tes yang tidak baik sama sekali,” kata Carreyrou.
Kemudian Holmes bersama dengan mantan kekasihnya yang saat itu merupakan COO Theranos, Ramesh Balwani, didakwa melakukan penipuan oleh Securities and Exchange Commission (SEC), Komisi Sekuritas dan Bursa, pada 2018. Alhasil, Theranos dibubarkan.
Holmes setuju untuk membayar USD 500 ribu (Rp 7 miliar) tanpa mengakui atau menyangkal tuduhan tersebut. Sebaliknya, Balwani justru menyangkal tuduhan yang diberikan SEC. Serupa dengan Holmes, Balwani juga akan diadili.
Theranos pernah memiliki beberapa investor yang kuat dan besar di Amerika. Beberapa di antaranya adalah pemilik perusahaan media Rupert Murdoch, Mantan Menteri Pendidikan Betsy DeVos, pendiri Walmart yaitu keluarga Walton, hingga investor Meksiko Carlos Slim.
Mereka diketahui sudah memberikan dana jutaan dolar untuk Theranos. Beberapa investor tersebut juga diharapkan dapat bersaksi di persidangan.
Awal Mula Kemunculan Ide Holmes
Holmes pernah menjadi mahasiswi jurusan Teknik Kimia di Universitas Stanford pada 2002. Sejak dulu, ia sudah memiliki ide dalam penciptaan sarung tangan untuk mengambil sampel darah saat mendeteksi penyakit. Jadi, klien bisa diberikan antibiotik secara langsung sesuai kebutuhan.
Saat berusia 18 tahun, Holmes bersikap keras kepala dan tetap ingin menjalankan idenya itu. Ahli Farmakologi Klinis Stanford, Phyllis Gardner mengingat dengan jelas momen saat ia sedang berdiskusi dengan Holmes.
Menurutnya, ide tersebut tidak akan berhasil. Sementara itu, Holmes hanya menatapnya saja dan tampak percaya diri dengan idenya. Ia sama sekali tidak tertarik dengan keahlian profesornya itu.
Setahun kemudian saat berusia 19 tahun, Holmes keluar dari Stanford dan membangun Theranos.
Advertisement
Alasan Kesehatan Mental
Pengacara Holmes mengajukan pembelaan dengan membawa sejumlah dokumen yang membahas mengenai permasalahan kesehatan mental kliennya itu. Holmes dinyatakan menjadi korban pelecehan seksual oleh Balwani selama bertahun-tahun.
Holmes juga menuduh Balwani melemparkan benda tajam ke arahnya, mengendalikan semua hal dalam dirinya, seperti makanan yang dikonsumsi dan cara berpakaian, hingga memantau panggilan dan pesan teksnya. Namun, Balwani membantah tuduhan tersebut.
Sebelumnya, penasihat pernah meminta untuk menunda penyelenggaraan persidangan karena Holmes sedang mengandung pada Maret lalu. Jaksa mengatakan kabar tersebut sudah membutakan mereka.
Holmes yang sudah menjadi seorang ibu tetap bungkam dan mengabaikan pertanyaan wartawan saat ia masuk ke gedung pengadilan.
Reporter: Shania