Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 yang masih melanda Indonesia telah memukul banyak industri. Namun lain halnya dengan industri telekomunikasi Indonesia yang justru mengalami pertumbuhan.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), sektor telekomunikasi (Infokom) mengalami pertumbuhan sebesar 10,9 persen pada kuartal II 2020 (Q2 2020), jika dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun sebelumnya (Q2 2019).
Baca Juga
"Hal ini tentunya menjadi hal yang wajar, mengingat di kala pandemi hampir semua layanan sektor usaha beralih ke ranah digital. Seperti perusahaan yang memberlakukan aturan bekerja dari rumah (Work from Home) dan juga para pelajar, guru, mahasiswa yang menjalankan proses pembelajaran jarak jauh," kata CEO/Managing Partner Grant Thornton Indonesia Johanna Gani dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (1/9/2021).
Advertisement
Dengan semakin berkembangnya industri telekomunikasi dan munculnya pemain-pemain baru yang memberikan layanan digital, perusahaan layanan telekomunikasi harus mampu melihat peluang untuk beradaptasi dengan meningkatkan kapasitas jaringan dan menyiapkan layanan telekomunikasi yang berkualitas. Lantas apa sajakah yang perlu dipersiapkan industri telekomunikasi Indonesia dalam memasuki era transformasi digital?
Grant Thornton melakukan analisa tiga tren yang akan memengaruhi bisnis industri telekomunikasi global di tahun 2021:
1. Tumbuhnya Optimisme dalam Sektor Telekomunikasi Secara Global
Hasil survey global Grant Thornton menunjukkan bahwa 57 persen para pelaku bisnis telekomunikasi di tingkat global optimis tentang prospek ekonomi selama 12 bulan ke depan, hasil ini naik 14 persen dibanding tahun sebelumnya di mana level optimisme berada pada angka 43 persen. Hal ini ditunjang dengan adanya peningkatan pendapatan (revenue) industri telekomunikasi dan adanya kebutuhan (demand) pasar.
Pandemi telah membawa perubahan terhadap kebutuhan dan gaya hidup masyarakat yang sangat bergantung pada akses internet dan juga kerja keras pemerintah untuk mewujudkan pemerataan infrastruktur digital di seluruh wilayah Indonesia.
Ini memberikan sinyal optimisme bahwa sektor telekomunikasi mampu menjadi motor penggerak pemulihan ekonomi nasional. Hal tersebut juga tercermin dari beberapa perusahaan telekomunikasi Indonesia yang juga mengalami pertumbuhan selama pandemi.
Menurut Turina Farouk, SVP-Head of Corporate Communications PT Indosat Tbk, terungkap selama kebijakan WFH, berlakunya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), Indosat mencatatkan kenaikan trafik data hingga 27 persen di seluruh wilayah, termasuk Jabodetabek.
Sementara itu, Telkomsel, anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, juga mencatatkan kenaikan trafik data hingga 22,8 persen di tengah pandemi Covid-19.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
2. Lockdown Membuka Banyak Peluang Bisnis Telekomunikasi
Meski adanya penurunan tajam dalam aktivitas ekonomi secara global akibat pandemi, namun dengan adanya peningkatan kebutuhan teknologi dan komunikasi bisnis yang lebih baik juga terbukti telah mendorong permintaaan terhadap industri telekomunikasi secara global.
Berdasarkan hasil riset Grant Thornton, 42 persen perusahaan media dan 34 persen perusahaan teknologi melaporkan adanya pertumbuhan ekspor lebih dari 5 persen secara global.
Sementara itu, 21 persen perusahaan teknologi mulai memasuki pasar baru (12 persen lebih banyak dibandingkan industri lain), dengan 46 persen perusahaan teknologi berharap aktivitas ekspor mereka juga akan mengalami peningkatan, dengan berdasarkan pada tren global untuk bekerja dari rumah (Work from Home) tampaknya masih akan terus berlanjut selama pandemi.
Advertisement
3. Tenaga Ahli di Bidang Teknologi Semakin Dibutuhkan
Meski industri telekomunikasi diproyeksikan akan tetap bertumbuh seperti yang terlihat dari penguatan beberapa emiten telekomunikasi di tahun 2020, namun, perusahaan telekomunikasi sekarang juga mengkhawatirkan beberapa faktor yang nantinya akan menjadi penghambat pertumbuhan bisnis mereka.
Secara global, 55 persen pelaku usaha telekomunikasi mengkhawatirkan kurangnya ketersediaan pekerja terampil dan biaya tenaga kerja. Hal ini menyebabkan beberapa perusahaan telekomunikasi berinisiatif untuk memberikan pelatihan in-house sebagai cara untuk menyiasati kurangnya tenaga ahli dalam bidang IT atau telekomunikasi di pasaran.
Begitu juga dengan kondisi di Indonesia, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekankan bahwa Indonesia membutuhkan minimal 9 juta talenta digital dalam 15 tahun ke depan, atau sekitar 600.000 talenta digital baru per tahun, agar dapat membangun ekosistem digital yang baik di masa depan.
Perusahaan telekomunikasi pun mencari cara untuk mengatasi kelangkaan tersebut, salah satunya dengan menerapkan mode perekrutan baru yang bekerja sama dengan sekolah pemrograman ternama.
“Transformasi digital adalah salah satu skema percepatan pemulihan ekonomi nasional akibat pandemi. Di sini, pelaku usaha diharapkan bisa beradaptasi secara cepat dengan permintaan pasar digital,” ungkap Johanna.
“Pemerintah juga memiliki pekerjaan rumah untuk menyelesaikan pembangunan infrastruktur telekomunikasi guna mewujudkan ketersediaan jaringan yang merata di seluruh pelosok tanah air. Tidak hanya itu sumber daya manusia dengan keterampilan di bidang IT juga akan menjadi faktor mendasar (fundamental) yang tentunya akan mempercepat proses transformasi digital ini," tutup dia.