Liputan6.com, Jakarta Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Progam Kartu Prakerja Denni Puspa Purbasari menilai, jumlah pengangguran di Indonesia masih relatif besar, karena banyak diantaranya yang enggan mengasah diri dengan ikut pelatihan kerja.
Denni memaparkan, sengan 135 juta jumlah angkatan kerja saat ini, Indonesia memiliki dua tantangan utama ketenagakerjaan, yakni rendahnya jumlah lapangan kerja, serta minimnya produktivitas yang salah satunya disebabkan oleh adanya skill gap.
Baca Juga
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), dari 135 juta angkatan kerja, 90 persen diantaranya belum pernah mengikuti pelatihan bersertifikat. Demikian pula profil 7 juta jumlah pengangguran Indonesia, 91 persen diantaranya belum pernah mengikuti pelatihan bersertifikat.
Advertisement
"Sayangnya, baik perusahaan maupun pekerja kita cenderung tak peduli dengan skilling, upskilling, dan reskilling sebagai upaya peningkatan kualitas angkatan kerja,” ujar Denni dalam keterangan tertulis, Sabtu (4/9/2021).
Menindaki masalah tersebut, Denni melihat pelatihan-pelatihan dalam ekosistem Program Kartu Prakerja hadir untuk meningkatkan kompetensi angkatan kerja, baik untuk pencari kerja, pekerja/buruh yang terkena PHK, pekerja/buruh yang membutuhkan peningkatan kompetensi kerja, serta bagi pelaku usaha mikro dan kecil.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pelatihan Paling Diminati
"Penerima Kartu Prakerja memiliki kebebasan untuk memilih pelatihan sesuai minat, bakat, dan kebutuhannya. Baik pelatihan hardskill, maupun softskill. Keduanya dibutuhkan sebagai bekal menghadapi persaingan keras di pasar kerja saat ini," imbuhnya.
Menurut catatannya, pelatihan kerja yang saat ini yang banyak diminati antara lain dari sektor teknologi informasi, penjualan dan pemasaran, bahasa, perkantoran, sosial dan perilaku, gaya hidup, makanan dan minuman, pertanian, keuangan, manajemen, dan teknik.
Advertisement