Liputan6.com, Jakarta - Laporan Asian Development Bank (ADB) mengungkap jika pandemi Covid-19 mendorong 75 juta hingga 80 juta orang di negara berkembang di Asia berada dalam jurang kemiskinan ekstrem tahun lalu.
Hal yang dimaksud kemiskinan ekstrem, didefinisikan sebagai hidup dengan penghasilan di bawah USD 1,90 per hari. Ini menunjukkan kemunduran bagi agenda pembangunan berkelanjutan di Asia.
Baca Juga
Perkiraan tersebut mencakup 35 negara - seperti China, India, Bangladesh, dan Papua Nugini - lebih rendah dari 46 jalur ADB dalam Asian Development Outlook, publikasi bank yang diikuti secara luas.
Advertisement
Sekitar 203 juta orang atau 5,2 persen dari populasi kawasan itu hidup dalam kemiskinan ekstrem pada tahun 2017, menurut laporan tersebut, seperti dikutip dari laman Asia Nikkei, Senin (6/9/2021).
Tanpa pandemi, angka-angka itu akan turun menjadi sekitar 104 juta orang atau 2,6 persen dari populasi pada tahun 2020.
ADB mengatakan kemajuan juga terhenti dalam mengurangi kelaparan, dan meningkatkan kesehatan dan pendidikan, bidang-bidang di mana kawasan Asia telah membuat keuntungan yang signifikan.
"Asia dan Pasifik telah membuat langkah yang mengesankan, tetapi COVID-19 telah mengungkapkan garis patahan sosial dan ekonomi yang dapat melemahkan pembangunan berkelanjutan dan inklusif di kawasan ini," kata Kepala Ekonom Asian Development Bank, Yasuyuki Sawada.
Ekonomi negara berkembang di Asia menyusut 0,1 persen pada 2020, yang menandai resesi pertama di kawasan itu dalam hampir enam dekade.
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Asian Development Bank: Pandemi COVID-19 Perbesar Ketidaksetaraan Sosial dan Ekonomi
Banyak pemerintah di negara-negara berkembang Asia terpaksa mengunci dan membatasi mobilitas masyarakat untuk menahan penyebaran COVID-19.
Hal itu mengakibatkan kontraksi produk domestik bruto yang parah di beberapa negara, seperti rekor penyusutan 9,6 persen di Filipina dan penurunan 7,3Â persen di India.
Wilayah tersebut kehilangan sekitar 8 persen jam kerja karena pembatasan mobilitas, yang cukup berdampak pada rumah tangga dan pekerja yang lebih miskin di ekonomi informal, demikian menurut laporan Asian Development Bank.
"Pandemi COVID-19 telah memperbesar ketidaksetaraan sosial dan ekonomi yang sudah berlangsung lama yang dialami oleh jutaan orang yang hidup di bawah atau di dekat garis kemiskinan," kata laporan itu.
Asian Development Bank memperkirakan kawasan Asia akan bangkit kembali tahun ini dengan ekspansi 7,2 persen, tetapi penyebaran COVID-19 varian delta yang lebih menular - yang memicu lonjakan baru di India dan Asia Tenggara - memaksa banyak pemerintah memberlakukan penguncian baru.
Sementara itu, Presiden Asian Development Bank, Masatsugu Asakawa menyerukan strategi pemulihan yang inklusif.
"Dalam jangka panjang, gangguan yang disebabkan oleh pandemi kemungkinan memiliki efek buruk yang cukup besar pada sumber daya manusia dan produktivitas," kata Asakawa dalam laporan Asian Development Bank.
"Wilayah kita membutuhkan pendekatan pembangunan yang berpusat pada masyarakat untuk pemulihan yang memastikan tidak ada yang tertinggal," beber dia.
Advertisement