Liputan6.com, Jakarta - Mantan Perdana Menteri Selandia Baru Helen Clark, mengatakan bahwa dunia "sangat" membutuhkan negara-negara kaya untuk memenuhi janji mereka menyumbangkan vaksin COVID-19 ke negara-negara yang membutuhkan.
Dilansir CNBC, Selasa (7/9/2021) komentar Clark muncul setelah para menteri kesehatan dari negara-negara ekonomi terkemuka, G20, dilaporkan sepakat - pada pertemuan pertama mereka di Roma - untuk memastikan bahwa vaksin COVID-19 menjangkau semua orang di negara-negara miskin.
"Janji adalah satu hal, tetapi kita sangat membutuhkan pemenuhan janji itu. Pekan lalu, hanya 89 juta dosis yang telah didistribusikan dari negara-negara berpenghasilan tinggi ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah," kata Clark kepada "Capital Connection" CNBC.
Advertisement
Diketahui, Clark ikut memimpin panel independen yang dibentuk oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam meninjau kesiapsiagaan dan respons pandemi dunia.
Panel tersebut menerbitkan laporan akhirnya pada Mei 2021, yang merekomendasikan agar negara-negara berpenghasilan tinggi mendistribusikan kembali setidaknya satu miliar dosis vaksin COVID-19 ke 92 negara berpenghasilan rendah dan menengah pada 1 September, dan satu miliar dosis vaksin lainnya pada pertengahan 2022.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Desakan WHO
Para ahli - termasuk ahli epidemiologi terkenal, Larry Brilliant - mengatakan bahwa cakupan vaksinasi yang lebih luas diperlukan untuk membatasi varian baru COVID-19 dan mengakhiri pandemi global.
Tetapi dari lebih dari 5 miliar dosis vaksin COVID-19 yang diberikan di seluruh dunia, hampir 75 persen diberikan hanya di 10 negara, kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam pidatonya pada 5 September di pertemuan para menteri kesehatan negara G-20.
Diketahui bahwa Tedros telah berulang kali mendesak negara-negara kaya menunda suntikan booster vaksin COVID-19 untuk memberi negara-negara miskin kesempatan melakukan lebih banyak vaksinasi dosis pertama pada warga mereka.
Negara-negara kaya memang memiliki "dosis cadangan," ungkap Clark.
Dosis cadangan itu dapat membantu memenuhi target WHO untuk memvaksinasi 40 persen dari populasi setiap negara pada akhir tahun ini, dan kemudian meningkatkan jumlah menjadi 70 persen pada pertengahan tahun depan, tambah Clark.
"Kita harus memenuhi itu untuk memiliki peluang mengekang pandemi," pungkasnya.
Sebuah analisis oleh Airfinity, sebuah perusahaan informasi dan analitik ilmiah, memproyeksikan bahwa negara-negara kaya akan memiliki lebih dari 1,2 miliar dosis vaksin COVID-19 yang tersedia untuk disumbangkan pada 2021.
Jumlah dosis surplus itu dihitung setelah memperhitungkan kebutuhan negara-negara kaya, termasuk suntikan booster, menurut Airfinity.
Advertisement