Sukses

Forbes Rilis Daftar Asia's Best Under A Billion 2021, 8 Perusahaan Ini Bertahan di Tengah Pandemi

Daftar Asia's Best Under A Billion 2021 oleh Forbes, menyoroti 200 perusahaan publik Asia-Pasifik dengan pendapatan kurang dari USD 1 miliar.

Liputan6.com, Jakarta - Forbes mengeluarkan daftar Asia's Best Under A Billion 2021, yang menyoroti 200 perusahaan publik Asia-Pasifik dengan pendapatan kurang dari USD 1 miliar dan pertumbuhan top and bottom line yang konsisten.

Dikutip dari laman Forbes, Rabu (8/9/2021) majalah bisnis Amerika tersebut mengatakan bahwa, terlepas dari penyebaran global COVID-19, daftar Best Under A Billion tahunan tahun ini menyoroti ketahanan 200 perusahaan kecil dan menengah yang terdaftar secara publik di kawasan Asia-Pasifik, dengan penjualan di bawah USD 1 miliar.

Angka keuangan mereka yang sehat mencerminkan seberapa baik perusahaan-perusahaan ini bertahan di tengah pandemi global, kata Forbes.

Salah satunya, adalah perusahaan yang terkait dengan perawatan kesehatan dan farmasi. Sementara perusahaan teknologi dan logistik yang terkait dengan e-commerce global juga diuntungkan.

Perusahaan Taiwan, yaitu Aspeed, sudah berada dalam daftar tersebut selama delapan tahun berturut-turut.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Forbes Soroti 8 Perusahaan dari Daftar Asia's Best Under A Billion 2021

Forbes telah menyoroti delapan perusahaan dari daftar Asia's Best Under A Billion 2021 dengan bisnis yang membantu meringankan dampak pandemi:

 

1. Kilpest India : sementara bisnis agrokimia menghadapi tahun yang sulit, penjualan perusahaan agri-biotek yang berbasis di India ini naik 12 persen dan laba bersih mereka melonjak untuk 2021 ini hingga bulan Maret, berkat penjualan alat tes PCR COVID-19 real-time yang dikembangkan oleh anak perusahaan tersebut.

Kilpest pun menjadi perusahaan India pertama yang mendapatkan persetujuan dari Food & Drug Administration (FDA) untuk penggunaan darurat alat tesnya di Amerika Serikat.

 

2. Mega Lifesciences : Pendapatan perusahaan farmasi yang berbasis di Thailand ini naik 11 persen menjadi USD 402 juta 2020 lalu karena permintaan suplemen makanan, obat-obatan, dan vitamin yang meningkat selama pandemi.

2020 lalu, perusahaan itu mengakuisisi Futamed Pharmaceuticals, yang kini berganti nama menjadi Mega Lifesciences Indonesia.

 

3. Optim : bekerja dari rumah selama pandemi COVID-19 mendorong permintaan akan teknologi alat kerja jarak jauh. Sehingga, laba bersih perusahaan Jepang tersebut meroket sepuluh kali lipat menjadi USD 12 juta untuk tahun yang berakhir pada bulan Maret.

Selain perangkat lunak pendukung telework, kamera AI buatan Optim mendapatkan daya tarik 2020 lalu, yang digunakan untuk melacak area kemacetan seperti kantin staf.

 

4. Prodia Widyahusada: pada 2020, laba bersih perusahaan laboratorium klinis ini naik 28 persen menjadi USD 18 juta.

Pada saat itu, mereka memperkenalkan layanan baru seperti drive-in dan teleconsultation, dan merupakan perusahaan swasta pertama di Indonesia yang menggunakan sistem otomatis untuk membantu pemerintah meningkatkan tes PCR COVID-19.

3 dari 3 halaman

Perusahaan Pembuat Sarung Tangan Hingga Vaksin COVID-19

5. Riverstone Holdings : pendapatan perusahaan yang berbasis di Singapura pada 2020 ini naik 85 persen ke level tertinggi sepanjang masa sebesar USD 435 juta, berdasarkan penjualan sarung tangan yang kuat, yang digunakan dalam perawatan kesehatan, teknologi, dan sektor lainnya.

Penjualan produk sarung tangan Cleanroom naik 65 persen tahun-ke-tahun, dan penjualan sarung tangan medisnya meningkat 16 persen karena COVID-19 yang mendorong permintaan.

 

6. Vincent Medical Holdings : pendapatan perusahaan pembuat perangkat pernapasan yang berbasis di Hong Kong ini berlipat ganda pada 2020. menjadi USD 149 juta karena penjualan dari bisnisnya melonjak 286 persen karena pandemi. 

2020 lalu, perusahaan itu bahkan melipatgandakan kapasitas produksinya dalam dua bulan dan melipatgandakan tenaga kerjanya.

 

7. Wisetech Global : perusahaan pngembang perangkat lunak logistik yang berbasis di Australia ini melihat kenaikan pendapatan hingga 23 persen  2020 lalu menjadi USD 288 juta karena industri logistik didorong oleh pandemi.

Platform logistik perusahaan itu digunakan oleh perusahaan pengiriman barang global terkemuka seperti DHL Global Forwarding dan Yusen Logistics.

 

8. WuXi Biologics : pendapatan perusahaan WuXi Biologics yang berasal dari China melonjak 41 persen 2020 lalu, menjadi USD 813 juta karena memperluas kapasitas untuk mengembangkan perawatan dan vaksin baru COVID-19.

2020 lalu, bisnis pembuatan vaksinnya menandatangani kontrak senilai lebih dari USD 3,2 miliar.