Liputan6.com, Jakarta Pertanian tidak ingkar janji. Saat sektor lain terpuruk akibat pandemi Covid-19, pertanian justru tumbuh. Pertanian pun menjadi kunci untuk melawan Covid-19. Oleh karena itu, Kementerian Pertanian bertekad menjaga ketahanan pangan.
Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan negara akan bermasalah apabila ketahanan pangan bermasalah.
Baca Juga
"Kekuatan apapun yang kita miliki tidak bisa menjaga negara dengan baik, kalau ketahanan pangan kita bersoal," katanya.
Advertisement
Mentan SYL menambahkan, pangan tidak boleh bersoal.
"Artinya hitung-hitungan kita tidak boleh salah dan hitungan kita harus cermat, harus tepat dan harus akurat serta dapat memberikan informasi secara tepat dan berjenjang kepada masyarakat," katanya.
Secara tegas Mentan menekankan bahwa 273 jiwa penduduk di Indonesia tidak boleh lapar. Dijelaskannya, tantangan pertama adalah memenuhi kebutuhan pangan bagi 273 juta penduduk yang harus dijaga dengan baik dan ini menjadi tugas yang paling utama bagi kami.
"Tantangan yang kedua, yaitu adanya alih fungsi lahan pertanian ke penggunaan non pertanian yang masih terus berlangsung saat ini, bahkan cenderung meningkat dan tugas kita mewujudkan kemandirian pangan dan kesejahteraan petani," ujar Mentan SYL.
Â
Â
Terpisah, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi, dalam Mentan Sapa Petani dan Penyuluh (MSPP) Volume 32, Jum’at (10/09/2021), mengatakan walau saat ini sedang pandemi, yang penting sehat. Kesehatan ditengah pandemi luar biasa nilainya.
"Kita dalam situasi sulit, tetap harus kerja untuk ketersediaan pangan rakyat. Kunci pembangunan pertanian adalah SDM Pertanian, siapa lagi yang mempunyai peran menyediakan pangan kalau bukan petani dan penyuluh pertanian," ujarnya.
Dedi menambahkan bahwa tugas utama penyuluh pertanian adalah membangun SDM pertanian melalui peningkatan produktivitas, peningkatan kualitas pertanian dan kontunitas bidang pertanian.
"Diharapkan dengan kerja keras penyuluh dan petani di lapangan masalah pangan rakyat Indonesia tidak bersoal," katanya.
Sedangkan Narasumber pada acara MSPP, Kepala Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, Andriko Noto Susanto, menjelaskan bahwa pertanian dikatakan maju, mandiri dan modern apabila dapat meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian, ekspansi pertanian serta pertanian rendah biaya dan mekanisasi research karena ending dari pembangunan pertanian adalah kesejahteraan petani.
Lebih lanjut Andriko mengatakan berdasarkan hasil Global Food Security Index (GFSI) negara Indonesia Tahun 2020 peringkat 65 dari 113 Negara di dunia, dengan indikatornya diantaranya adalah ketersediaan pangan, aksesibilitas pangan, kualitas dan keamanan pangan.
"Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) menggunakan Food Insecurity Experience Scale (FIES) dijelaskan kekhawatiran Indonesia terhadap kerawanan pangan sudah semakin membaik, tidak terlalu khawatir dengan skor 5,12 dan diharapkan akan semakin turun. Dan pangan ada dimana-mana dikarenakan kinerja petani 33 juta," ujarnya.
Indikator penyebab utama kabupaten rentan pangan diantaranya rasio konsumsi normatif terhadap produksi, persentase penduduk miskin, rasio tenaga kesehatan. Sedangkan indikator penyebab kota rentan pangan yaitu persentase balita stunting, angka harapan hidup, persentase rumah tangga tanpa akses air bersih.
Andriko juga menyampaikan bahwa kinerja petani di lapangan dengan didampingi oleh penyuluh telah bekerja dalam mewujudkan Indonesia bebas dari kelaparan, mandiri pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani.
"Jangan kendor, jangan dianggap sebagai beban dan solusi yang paling mungkin itulah yang akan kita kerjakan dan yang paling ideal kita harapkan. Diharapkan Indonesia bukan hanya sebagai negara produsen saja tapi juga sebagai eksportir pangan yang artinya kita lebih baik memberi makan dunia dan kita bisa meningkatkan 3 kali ekspor," katanya.
Â