Liputan6.com, Jakarta - Indonesia tengah berusaha bangkit kembali dari dampak pandemi Covid-19. Untuk itu pemerintah pun mengeluarkan kebijakan yang saling melengkapi baik dari sisi kesehatan maupun ekonomi sehingga kedua sisi bisa pulih bersamaan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan, di kuartal II 2021 perekonomian Indonesia tercatat tumbuh sebesar 7,07 persen (yoy). Angka ini tertinggi sejak krisis sub-prime mortgage atau terbaik dalam 16 tahun terakhir.
Baca Juga
Pertumbuhan ekonomi Indonesia ini juga lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa negara peer yang telah merilis angka pertumbuhannya seperti Vietnam (6,6 persen), Korea Selatan (5,9 persen), dan Arab Saudi (1,5 persen).
Advertisement
“Pada Semester I-2021, berbagai indikator utama terus menunjukkan prospek perbaikan. Dampak pengetatan pembatasan mobilitas di Juli-Agustus 2021 diperkirakan hanya bersifat sementara," jelas Airlangga dalam Webinar UOB Economic Outlook 2022 bertajuk “Empowering the Indonesian Economy for Stronger Recovery”, di Jakarta, Rabu (15/9/2021) kemarin.
"Aktivitas manufaktur dan permintaan terhadap pembiayaan KUR mulai meningkat lagi di Agustus 2021,” tambah dia.
Dari sisi eksternal, ekspor menunjukkan peningkatan, sehingga Neraca Perdagangan Indonesia mengalami surplus selama 15 bulan berturut-turut dan cadangan devisa relatif tinggi sebesar USD 144,8 miliar. Kondisi tersebut menunjukkan terjaganya ketahanan sektor eksternal.
Pemerintah juga telah menyiapkan strategi untuk mendorong pemulihan ekonomi di sisa tahun ini dan diharapkan perekonomian dapat kembali tumbuh ekspansif pada Triwulan IV-2021.
Perekonomian Indonesia diproyeksikan dapat tumbuh di kisaran 3,7 persen-4,5 persen di akhir 2021 dan 5,2 persen pada tahun 2022. Proyeksi ekonomi Indonesia ini sejalan dengan kspektasi pemulihan ekonomi global.e
Menko Airlangga juga menerangkan bahwa pencapaian target pertumbuhan ekonomi akan bergantung kepada peran serta masyarakat dalam meningkatkan efektivitas pengendalian pandemi Covid-19. “Pemerintah terus memperkuat pengendalian pandemi dari sisi hulu hingga hilir guna memastikan pencegahan dan penanganan yang lebih efektif,” lanjutnya.
Selain itu, Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) juga terus ditingkatkan untuk mendukung penanganan Covid-19. Komitmen Pemerintah ditunjukkan melalui refocusing APBN dalam mendorong peningkatan anggaran PEN 2021 menjadi sebesar Rp744,77 triliun.
“Refocusing ini akan mendukung optimalisasi pelaksanaan PPKM melalui peningkatan anggaran untuk berbagai perlindungan sosial, seperti percepatan pencairan Bantuan Sosial Tunai, peningkatan jumlah penerima manfaat Kartu Sembako, melanjutkan Program Diskon Listrik, serta meningkatkan anggaran Kartu Prakerja dan Bantuan Subsidi Upah,” tutur Airlangga.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Insentif
Keberlangsungan sektor usaha juga tetap menjadi fokus utama Pemerintah. Serangkaian insentif fiskal telah diberikan untuk mendongkrak kinerja sektor usaha. Per 20 Agustus 2021, program penempatan dana Pemerintah di perbankan telah mendorong total penyaluran kredit sebesar Rp419,78 triliun yang berasal dari Bank Himbara, Bank Syariah, dan BPD.
Khusus untuk UMKM, telah disalurkan kredit sebesar Rp 241,48 triliun atau 57,53 persen dari total penyaluran kredit. Selain itu untuk pelaku UMKM, dukungan terus diberikan melalui tambahan BPUM dan Bantuan PKL, perluasan program penjaminan kredit, tambahan subsidi bunga baik KUR dan Non KUR, serta penambahan plafon KUR 2021 menjadi Rp 285 triliun.
Terkini, Pemerintah juga meluncurkan Program Bantuan Tunai Pedagang Kaki Lima dan Warung (BT-PKLW), menyasar pelaku UMKM informal yang selama ini belum tersentuh oleh program-program lain.
Dukungan tambahan dalam menjaga daya beli juga diberikan melalui Program Kartu Prakerja. Program ini telah diberikan kepada 2,7 juta penerima efektif dengan total insentif sebesar Rp 6,47 triliun sepanjang Semester I 2021 di 514 kabupaten/kota.
“Mengingat potensi dampak Covid-19 yang dapat berlanjut hingga 2022, Pemerintah berkomitmen melanjutkan Program PEN tahun depan. Alokasi anggaran PEN di 2022 adalah Rp 321,2 triliun. Alokasi ini berpotensi meningkat mengikuti dinamika penanganan pandemi Covid-19,” ujarnya.
Advertisement
Lembaga Pengelola Investasi
Kemudian, untuk menutup kesenjangan pembiayaan infrastruktur dan mendukung percepatan investasi, Pemerintah telah membentuk Lembaga Pengelola Investasi (LPI). LPI berperan mengembangkan peluang investasi di berbagai sektor utama sehingga dapat mendukung pembangunan berkelanjutan.
“Investasi yang dikelola LPI diharapkan dapat meningkatkan produktivitas, mendukung penciptaan lapangan kerja, dan mendorong transisi menuju ekonomi baru. Pemerintah juga akan segera mengalokasikan modal tambahan sebesar Rp60 triliun di 2021 untuk mendukung optimalisasi LPI bagi perekonomian,” tutup Menko Airlangga.
Dalam kesempatan yang baik tersebut juga hadir secara virtual Bapak Presiden RI Joko Widodo, Duta Besar Indonesia untuk Singapura Suryopratomo, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, Deputy Chairman and Chief Executive Officer UOB Group Wee Ee Chong, dan Presiden Direktur PT UOB Indonesia Hendra Gunawan.