Liputan6.com, Jakarta Selama pandemi Covid-19, banyak pekerja yang keluar dari pekerjaan. Jutaan orang di Amerika Serikat bahkan diketahui memilih untuk mengubah jalur karier mereka.
Padahal, beberapa bidang atau jenis pekerjaan diduga akan justru tumbuh pesat alias banyak dicari seiring permintaan yang tinggi.
Baca Juga
Hal tersebut terkuak dari laporan Biro Statistik Tenaga Kerja AS atau Bureau of Labor Statistics (BLS).
Advertisement
Analisis terbaru dari BLS menemukan bahwa di negaranya akan terbuka 11,9 juta lowongan pekerjaan hingga 2030. Ini terutama ada di industri yang terpukul karena pandemi.
Beberapa jenis profesi akan menjadi pekerjaan paling dicari dalam dekade mendatang. Layanan bidang makanan termasuk koki dan pekerja di restoran cepat saji diproyeksikan akan menyediakan sekitar 1,5 juta lowongan pekerjaan pada 2030.
Selanjutnya, jumlah pekerjaan teknisi layanan turbin angin (wind turbine service technicians) diperkirakan akan melonjak hingga 68,2 persen.
Melansir dari CNBC, Selasa (21/9/2021), Kepala Divisi BLS Michael Wolf mengatakan minat pada energi angin dan matahari juga meningkat karena biaya pemasangan menurun. Selain itu, banyak negara juga memprioritaskan pengurangan emisi karbon.
Kemudian, masyarakat yang bekerja dari rumah secara online membuat pekerjaan analis keamanan informasi (information security analyst) dan ilmuwan data (data scientist) semakin populer.
Pasalnya, perusahaan memberikan investasi yang tinggi dalam software dan sistem sehingga pekerjaan akan lebih produktif.
Bidang Pekerjaan Lainnya
Bidang pekerjaan lainnya yang terus berkembang pesat adalah bidang kesehatan, terutama selama pandemi. Permintaan berkelanjutan bidang kesehatan di masa mendatang didorong oleh populasi yang menua (lanjut usia).
“Generasi baby boomer jauh lebih besar dari generasi sebelumnya dan mereka mulai memasuki usia 60-an dan 70-an. Kami akan melihat peningkatan besar jumlah orang yang menggunakan layanan kesehatan,” ujar Wolf.
Banyaknya lowongan pekerjaan diduga tidak akan meningkatkan partisipasi pekerja di AS seiring bertambahnya usia. Jadi, pekerja muda (berusia 16-24 tahun) akan semakin sedikit jumlahnya.
“Kami melihat lebih banyak orang memutuskan untuk melanjutkan pendidikan sehingga mereka tidak masuk ke dalam angkatan kerja lebih cepat dari sebelumnya,” catat Wolf.
Wolf menambahkan, “Dulunya, orang memiliki pekerjaan paruh waktu saat masih duduk di bangku SMA atau perguruan tinggi, tetapi sekarang lebih banyak yang memutuskan untuk menjadi pelajar saja."
Meskipun proyeksi jangka panjangnya cukup menjanjikan, pasar kerja di AS menghadapi tantangan yang lebih mendesak karena lonjakan kasus COVID-19 mengganggu pemulihan ekonomi.
BLS melaporkan bahwa bulan Agustus, AS hanya menambahkan sekitar 235 ribu pekerja baru. Jumlah tersebut lebih sedikit dari prediksi para ekonom sebesar 720 ribu.
Reporter: Shania
Advertisement