Liputan6.com, Jakarta - Berbagai negara di dunia sedang mengalami tren perkembangan kasus Covid-19 yang menurun. Sehingga berbagai negara mulai bergerak menuju proses pemulian ekonomi, termasuk Indonesia. Namun kondisi ini tetap harus diwaspadai karena tidak bergerak stastis.
Tercermin dari baru-baru ini muncul risiko baru terhadap stabilitas sektor keuangan di China. Sebab salah satu perusahaan kontruksi terbesar kedua mengalami gagal bayar.
"Kami melihat adanya risiko baru, yaitu stabilitas sektor keuangan di tiongkok karena terjadinya gagal bayar dari salah satu perusahaan konstruksi kedua terbesar di RRT," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN KiTa, Jakarta, (23/9).
Advertisement
Baca Juga
Sri Mulyani mengatakan akibat gagal bayar Evergrande memiliki utang mencapai USD 300 miliar. Kondisi ini pun mengancak perekonomian domestik di China dan dunia.
"Jumlah utangnya mencapai di atas USD 300 miliar. Mereka akan mengalammi situasi yang sangat tidak mudah dan memiliki dampak yang luar biasa besar baik untuk perekonomian domestik di tiongkok dan di dunia," kata dia.
Sehingga Indonesia sebagai salah satu mitra dagang China harus mewaspadai dampak yang bakal terjadi.
"Jadi kita harus melihat dengan mewaspadai apa yang terjadi di dalam perekonomian tiongkok dengan adanya fenomena gagal bayar dari perusahaan Evergrande ini," sambung dia.
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pemulihan Ekonomi
Di sisi lain, pemulihan ekonomi dan inflasi di Amerika Serikat juga berjalan lebih cepat. Hal ini berdampak pada nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Selain itu ancaman tappering dikabarkan akan dimulai akhir tahun ini.
Terlebih ekspor komoditas Indonesia ke pasar global didukung oleh China, AS dan Eropa. Maka, Indonesia harus bisa menjaga kekkuatan domestik agar bisa bertahan ditengah ketidakpastian global.
"Indonesia harus jaga domestik forces kita sehingga tetap bisa bertahan di tengah situasi global yang tidak pasti," kata dia.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Advertisement