Sukses

Rekam Jejak Vikram Sinha sebagai Kandidat CEO Indosat Ooredoo Hutchison

Tangan dingin Vikram yang masuk sebagai nominasi CEO Indosat Ooredoo Hutchison kembali dinanti tajinya, khususnya di era 5G Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Merger merupakan hal yang biasa dilakukan dalam sebuah bisnis. Kali ini, dua perusahaan telekomunikasi, yaitu Indosat Ooredoo dan Tri Indonesia melebur menjadi satu menjadi PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk (Indosat Ooredoo Hutchison).

Dari merger tersebut, kedua perusahaan pun menominasikan Vikram Sinha sebagai CEO Indosat Ooredoo Hutchison. Lalu siapa sebenarnya sosok Vikram? Yuk simak rekam jejaknya berikut ini: 

Pengalaman Lebih dari 10 Tahun

Vikram adalah sosok veteran bidang industri telekomunikasi yang menghabiskan waktu sekitar 10 tahun bersama perusahaan telekomunikasi Bharti Airtel di India dan Afrika, sebelum pindah ke Grup Ooredoo. 

Di Grup Ooredoo, Vikram sempat ditempatkan di beberapa negara. Di posisi jabatannya sebagai Chief Executive Officer Ooredoo pada 2017 Vikram ditempatkan di Maladewa. 

Kemudian pindah ke Myanmar pada 2018 masih di posisi yang sama. Setelah menjabat di pasar tersebut, Vikram harus menjalankan tugasnya dan dipindahkan ke Indonesia sebagai Direktur & Chief Operating Officer Indosat Ooredoo pada 2019. 

Strategi Vikram dalam Memperkuat Grup Ooredoo

Indosat Ooredoo di mata Vikram adalah sebuah perusahaan yang sangat kuat di Indonesia. Ya, dia menilai Indosat Ooredoo merupakan jagoan telekomunikasi. 

Namun pria jebolan Bangalore University ini menilai bahwa Indosat Ooredoo memiliki kesalahan strategi. Hal itu tentu berimplikasi pada menyusutnya nilai Indosat Ooredoo sebanyak 25% pada 2018. 

Melihat fakta tersebut, inilah tugas Vikram selanjutnya. Dia harus membalikkan keadaan dengan memasang sejumlah strategi penting. Adapun strategi Vikram yang pertama adalah menginvestasikan hampir USD2 miliar ke dalam jangkauan jaringan, terutama pada 4G. 

Strategi kedua adalah mendorong Indosat Ooredoo menjadi merek paling terpercaya di pasar. Strategi ketiga adalah beralih ke profitabilitas yang berkelanjutan. Dengan strategi yang dilakukannya, Vikram berharap merek telekomunikasinya dapat bertumbuh dengan cepat di Tanah Air. 

Dan benar saja, berkat kepercayaannya terhadap 'warisan' di dalam perusahaanya, Indosat Ooredoo yang berdiri sejak 54 tahun, selama dua tahun berturut-turut menuai hasilnya. sepanjang 2019 dan 2020, dan Penghasilan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi atau EBITDA Indosat Ooredoo tumbuh lebih cepat.

Kini jika dilihat dari sisi kinerja Indosat Ooredoo selama pandemi melaporkan telah berhasil membukukan pendapatan senilai Rp14,98 triliun pada kuartal II/2021, naik 11,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Dengan kepemilikan pelanggan sekitar 60 juta.

Hadapi Tantangan Baru

Tantangan Indosat Ooredoo pasca merger tentu merupakan babak baru. Tangan dingin Vikram yang masuk sebagai nominasi CEO Indosat Ooredoo Hutchison kembali dinanti tajinya, khususnya di era 5G Indonesia.

Mengingat Indosat Ooredoo Hutchison di bawah kepemimpinannya memiliki sumberdaya yang kuat. Melalui merger ini menciptakan penguasaan frekuensi yang besar, Indosat Ooredoo menggunakan frekuensi sebesar 47,5 MHz yang tersebar di 850 (2,5 MHz), 900 (10 MHz), 1800 (20 MHz) dan 2100 MHz (15 MHz). 

Sementara Tri Indonesia memiliki frekuensi sebesar 25 MHz yang tersebar di 1800 (10 MHz) dan 2100 MHz (15MHz). Maka jika sumber frekuensi ini tetap dikelola, maka frekuensi gabungan kedua yang dikantongi menjadi 72,5 MHz.

 

(*)